Nangka, Buah Ajaib Selamatkan Dunia dari Kelaparan
24 November 2017Mulai dari campuran pada minuman hingga dijadikan sayuran di gudeg maupun nasi padang, buah nangka sudah tak asing lagi bagi warga Indonesia, namun segudang manfaat nangka tampaknya masih asing. Media Internasional seperti The Guardian dan Independent menyebut buah nangka sebagai buah "ajaib".
Tak hanya karena bentuknya yang unik ketika menggantung di batang pohon, nangka juga dianggap ajaib karena menyimpan segudang potensi.
"Buah ini adalah keajaiban. Dia bisa memberi banyak nutrisi dan kalori," ungkap Sjyamal Reddy, peneliti bioteknologi dari Universitas Ilmu Pertanian di Bangalore, India.
Buah yang mengandung ratusan lobus kecil berwarna kuning tersebut kaya vitamin C. Bijinya juga mengandung protein, potassium, kalsium dan zat besi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan tubuh. Sekitar 100 gram nangka mengandung 95 kalori.
"Jika kita makan 10 sampai 12 lobus dari buah ini, maka Anda tidak perlu makanan untuk setengah hari," ujar Sjyamal Reddy seperti dikutip dari The Guardian.
Menjadi kaya lewat "buah orang miskin"
Meski mengandung sejumlah potensi, di negara asalnya, India, buah nangka dipandang sebelah mata. Pohon yang bisa memproduksi 150 buah dalam setahun tersebut dianggap sebagai "buah orang miskin." 75% produksi nangka di negara itu juga terbuang karena hanya dimakan sebagai buah segar.
"Ada inferioritas yang melekat pada nangka. Setiap petani dengan senang hati membawa apel impor di tangannya daripada nangka," ungkap Shree Padre, petani buah nangka dari Karnataka.
Sejak beberapa tahun terakhir pemerintah India mulai meluncurkan sejumlah terobosan untuk mempromosikan hasil panen buah nangka dengan memperluas produksinya ke dalam bentuk sayuran kaleng maupun makanan olahan. Organisasi Perburuhan Internasional mencatat harga produksi satu pohon nangka sama degan setengah pendapatan rata-rata pekerja India yaitu 295 Dollar AS atau setara 3,9 juta Rupiah.
Pasar global juga dianggap mampu menyerap hasil produksi nangka sebab menurut para peneliti buah ini memiliki keunggulan dalam menjawab dampak perubahan iklim bagi penyediaan pangan.
"(Nangka) sangat mudah tumbuh, tahan hama penyakit dan suhu tinggi, serta tahan kekeringan," ujar Danielle Nierenberg, presiden Food Tank, lembaga pertanian berkelanjutan. "Kriteria ini dibutuhkan petani untuk mampu memproduksi pangan ditengah-tengah banyaknya tantangan akibat perubahan iklim."
Dr Jim Yong Kim, dari Bank Dunia memperkirakan minimnya produksi pangan dapat memicu perang lima sampai sepuluh tahun mendatang. "Minat akan tanaman yang bukan bahan pokok utama terlalu tinggi. Kita tidak punya pilihan, selain mencari alternatif untuk memastikan bahwa kita mampu memberi makan penduduk dunia," kata Nierenberg.
Sri Lanka, Bangladesh, dan Vietnam telah mendirikan industri nangka olahan seperti tepung, mie, dan es krim berkualitas ekspor. Vietnam yang sejak 15 tahun terakhir mengembangkan perkebunan nangka seluas 50.000 hektar menjadi salah satu negara yang memimpin pasar global.
Indonesia harus mengejar ketinggalkan jika ingin melirik pasar nangka. Hingga tahun 2014 saja, menurut Kementerian Pertanian Indonesia hanya mampu memproduksi sekitar 640.000 ton nangka dari sekitar 56.000 hektar lahan.
ts/hp (the guardian, independent.co.uk, pertanian.go.id)