Mullah Omar, Fantom di Afghanistan
25 Mei 2011Mullah Mohammed Omar adalah orang tanpa wajah yang sejak hampir 10 tahun lalu tidak tampil lagi di depan publik. Foto-fotonya yang diketahui selama ini juga tidak memberikan kepastian, seperti apa wajahnya sebenarnya. Dikabarkan, ia kehilangan satu mata ketika ikut gerakan perlawanan Afghanistan terhadap pendudukan Uni Sovyet di tahun 1980-an.
AS telah mencari Mullah Mohammed Omar sejak serangan teror 11 September 2001, karena pemimpin gerakan Taliban itu berhubungan baik dengan jaringan teror Al Qaida. Jika Taliban tidak menjadi tuan rumah yang baik bagi Osama bin Laden, kemungkinan negara-negara Barat tidak akan mengirimkan tentara ke Afghanistan, walaupun rejim Taliban melakukan banyak pelanggaran hak asasi manusia.
Wawancara dengan BBC
15 November 2001, radio Inggris BBC mempublikasikan wawancara dengan Mullah Omar yang sangat jarang terjadi. Ia hampir selalu menggunakan jurubicara. Wawancara itu diadakan lewat program bahasa Pashtun pada BBC. Pertanyaan dan jawaban disampaikan lewat telefon dan walkie talkie. Tempat tinggal Omar yang dicari sangat dirahasiakan, dan wartawan tidak memiliki hubungan langsung.
Dalam wawancara, sebuah suara yang dikatakan milik Mullah Omar berkali-kali menyerukan penghancuran Amerika. Ia mengatakan kepada BBC waktu itu, hancurnya Amerika bukanlah masalah senjata, melainkan tergantung pada "pertolongan dari Tuhan".
Segera setelah peristiwa serangan 11 September, ketika aksi militer masih dipimpin AS, radio internasional AS Voice of America telah berhasil mengontak Mullah Omar. Tetapi pemerintah AS melarang penyiaran wawancara itu. Tetapi pembicaraan 12 menit tersebut disebarkan ke media-media lain, dan sebagian dicetak oleh harian Inggris "The Guardian". Dalam wawancara itu, Mullah Omar menyebut AS "menyandera" Islam dan mengontrol pemerintah negara-negara Islam.
Diketahui Dinas Rahasia NDS
Sejak jatuhnya Taliban akhir 2001, Omar yang disebut "pemimpin orang beriman" diperkirakan berada di daerah perbatasan dengan Pakistan. Sementara dewan tertinggi Taliban dikabarkan berada di ibukota Beluchistan, Quetta. Tetapi dari daerah itu Omar menghilang sejak beberapa hari lalu. Demikian dikatakan jurubicara dinas rahasia Afghanistan, NDS, Lutfullah Mashal. Ia tidak membenarkan laporan televisi swasta Afghanistan, TOLO TV, bahwa Mullah Omar sudah terbunuh di Pakistan setelah Osama bin Laden. Padahal Tolo TV menyebut NDS sebagai sumber berita itu.
Pernyataan Mashal menimbulkan pertanyaan, mengapa Omar tidak ditangkap, walaupun tempat tinggalnya diketahui. Presiden Afghanistan Hamid Karzai sejak awal menuduh Pakistan tempat persembunyian Taliban dan Al Qaida. Pemerintah di Kabul selalu menyatakan, Pakistan mendukung terorisme agar Afghanistan tetap lemah, dan Pakistan tidak kehilangan pengaruhnya di daerah Hindukush. Dengan aksi militer AS terhadap Osama Bin Laden 2 Mei lalu di Abbottabat, pemerintah Afghanistan merasa mendapat pembenaran.
Perang Tidak Perlu Diadakan di Afghanistan
Perang terhadap terorisme tidak harus dilaksanakan di Afghanistan, melainkan di luar perbatasannya, demikian dikatakan Presiden Karzai berkali-kali. Ia telah berkali-kali meminta pasukan aliansi Barat untuk mengakhiri aksi militer di negaranya.
Karzai mempertanyakan, "Apakah kita berjuang melawan terorisme atau melawan pemberontakan? Jika kita melawan teror, rakyat Afghanistan membela masyarakat internasional." Ia menambahkan, pihaknya tahu di mana teroris berada. Tetapi jika perjuangan dilakukan terhadap pemberontak, maka itu masalah intern negaranya. Ia tidak menginginkan dukungan dari pasukan luar negeri.
Bagi Karzai, Taliban adalah masalah intern Afghanistan. Itu menyebabkan ketegangan dengan sekutu-sekutu Barat. Terutama jika aksi militer Barat di Afghanistan menyebabkan tewasnya warga sipil. Karzai menjelaskan upaya untuk menyelesaikan masalah Taliban. "Ada kontak dengan Taliban yang sedang berlangsung, tetapi tidak ke alamat tertentu. Hubungan-hubungan itu sekarang terutama berlangsung lewat Dewan Tinggi Perdamaian yang kami dirikan sendiri. Mitra internasional kami juga berhubungan dengan Taliban.
Pembicaraan Diperlukan
Karzai menambahkan, sekarang semua kontak harus disatukan, sehingga informasi dapat disebarluaskan ke semua tingkat. Juga agar semua pihak yang berwenang dapat dipersiapkan, dan dukungan politik dapat digerakkan lewat Dewan Tinggi Perdamaian. Karzai menambahkan, Dewan Tinggi Perdamaian, yang dipimpin mantan Presiden Rabbani, diangkat Oktober lalu oleh Presiden Karzai. Tujuannya untuk menjadi institusi yang melakukan hubungan langsung dengan pimpinan Taliban. Barat juga telah menyadari, masalah di Afghanistan tidak dapat diselesaikan dengan kekuatan militer, melainkan dengan perundingan. Orang-orang mana, selain Omar, yang termasuk pimpinan Taliban tidak diketahui.
Barat mencari kontak dengan Taliban untuk memungkinkan penarikan tentara secepat mungkin dari Afghanistan tanpa kehilangan muka. Pemerintah Karsai ingin mengikutsertakan Taliban dalam dialog nasional, karena tanpa keikutsertaan wilayah Pashtun di selatan negara itu, perdamaian tidak akan terwujud. Pakistan ingin agar Taliban jadi mitra strategis Pakistan untuk menghadapi saingan India. Pemimpin Pakistan dan Afghanistan saling tidak percaya dan hampir bermusuhan. Oleh sebab itu, kedua belah pihak punya minat untuk menggunakan fantom Mullah Omar bagi agenda politiknya.
Masa Depan Afghanistan
Segera setelah Omar dikabarkan tewas di Pakistan, pemerintah di Islamabad menampik berita itu. Di samping itu, seorang juru bicara Taliban, Zabiullah Mudjahed menghubungi media lewat telefon untuk menyatakan bahwa Mullah Omar berada di Afghanistan untuk memimpin Jihad. Ia menyatakan, dinas rahasia Barat sengaja memberikan laporan salah untuk memecah-belah pemberontak.
Bagaimana gerakan sekitar Mullah Omar dan sekutu-sekutunya, seperti jaringan Haqqani, memandang masa depan Afghanistan tidak jelas. Tidak ada program politik yang dipublikasikan. Sebelum 11 September 2001, mereka bertekad menjalankan undang-undang Islam dan membebaskan negara yang bertahun-tahun dirundung perang.
Sekarang tujuan terdekat adalah penarikan pasukan asing. Apakah anggota dewan pimpinan itu siap, untuk melepaskan ide-idenya bagi tercapainya solusi dari perundingan, atau mungkin juga melepaskan diri dari figur pemimpin seperti Mullah Omar, tidak diketahui. Hampir 10 tahun setelah jatuhnya rejim Taliban akibat intervensi Barat, banyak hal di Afghanistan masih belum jelas. Mullah Omar bukan fantom satu-satunya.
Sandra Petersmann / Marjory Linardy
Editor: Hendra Pasuhuk