Militer Thailand Kudeta
22 Mei 2014Panglima Angkatan Bersenjata Thailand, Jenderal Prayuth Chan-Ocha, menyatakan akan memulihkan ketertiban dan menerapkan reformasi politik di negara gajah putih itu. Pengambilalihan kekuasaan itu dilakukan, setelah dua hari lalu angkatan bersenjata secara sepihak memberlakukan darurat militer untuk seluruh negeri.
Krisis berkepanjangan melanda Thailand dalam setengah tahun terakhir ini. Krisis politik di Thailand kembali memanas, tatkala para demonstran menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Yingluck Shinawatra yang dianggap sebagai boneka kakaknya, Thaksin Shinawatra, yang digulingkan tahun 2006.
Pemilu dini gagal
Mahkamah Konstitusi kemudian memberhentikan Yingluck dari jabatannya karena tuduhan menyalahgunakan kekuasaan pada 2011 terkait pemindahan pejabat pemerintahan.
Niat Yingluck untuk menggelar pemilu dini tidak membuahkan hasil setelah kubu oposisi memboikot pemungutan suara. Komisi pemilu Thailand menyerukan penundaan pemilu yang rencananya digelar 20 Juli akibat kekisruhan politik yang melanda negara monarki konstitusional di Asia Tenggara tersebut.
Demonstrasi tetap saja berlangsung
Meski sudah ada pernyataan pengambilalihan kekuasaan oleh militer dan permintaan agar demonstran membubarkan diri, unjuk rasa tetap digelar. Pemimpin pro-pemerintah "baju merah" akan melanjutkan rally mereka di pinggiran Bangkok.
"Apakah Anda melawan atau akan tidak melawan? Kami tidak akan pergi. Jangan panik," ujar pemimpin baju merah Jatuporn Prompan kepada para pendukungnya. "Apapun yang terjadi akan tetap terjadi."
Kelompok pendukung mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra, telah mengancam untuk menolak, jika tentara merebut kekuasaan. Tentara mengatakan akan mengirim pasukan ke lokasi protes pro-dan anti-pemerintah di dan sekitar Bangkok untuk mengawal pengunjuk rasa pergi meninggalkan tempat.
ap/hp (ap/rtr/afp)