1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikIndia

India: Benarkah Militan Kashmir Sedang Gencarkan Eskalasi?

Dharvi Vaid
27 November 2024

India dikabarkan menghadapi lonjakan serangan kelompok militan di Jammu dan Kashmir. Namun kabar tersebut dibantah pakar keamanan, yang hanya mencatat peningkatan jumlah gerilayawan impor asal Pakistan.

https://p.dw.com/p/4nR31
Tentara India tengah melakukan patroli di Srinagar, Kashmir, India
Patroli militer di Srinagar, Kashmir, IndiaFoto: Basit Zargar/ZUMAPRESS.com/picture alliance

Pada tanggal 3 November, sebuah ledakan mengguncang pasar Minggu yang ramai di jantung kota Srinagar, kota terbesar di Kashmir India. Seorang perempuan berusia 45 tahun meninggal dunia, sementara 12 warga sipil mengalami luka-luka.

Insiden maut tersebut adalah serangan granat pertama di Srinagar sejak dua tahun terakhir. Polisi kemudian menahan tiga orang. Menurut pihak berwenang, mereka terkait dengan kelompok militan yang bermarkas di Pakistan, Lashkar-e-Taiba (LeT).

Serangan di Srinagar hanyalah salah satu serangan militan yang dilaporkan di Jammu dan Kashmir dalam beberapa bulan terakhir. Beberapa ahli menyebut peningkatan ini sebagai "pergeseran" dalam strategi militan, dengan mengatakan bahwa fokusnya adalah bergerak ke selatan dan menjauh dari lembah Kashmir yang mayoritas Muslim yang bergolak ke Jammu yang mayoritas Hindu.

Beberapa media mengecam serangan di Srinagar sebagai bagian dari "gelombang baru" dan "teror baru" di wilayah yang bergolak.

India arms civilian militias in restive border zones

Apakah militansi meningkat di Jammu dan Kashmir?

Ajai Sahni, Direktur Eksekutif, Institut Manajemen Konflik dan Portal Terorisme Asia Selatan, SATP, menepis pemberitaan media tentang lonjakan militansi sebagai spekulasi "histeris."

"Tren keseluruhan setelah tahun 2006 justru menurun. Tidak ada alasan untuk percaya bahwa ada peningkatan," kata dia.

"Setiap kali terjadi serangkaian serangan acak, semua berteriak tentang adanya eskalasi, strategi baru, tren baru," kata pakar kontrapemberontakan itu. "Tren adalah sesuatu yang harus dipertahankan dari waktu ke waktu. Penilaian ini bersifat histeris dan terkadang dimotivasi untuk membesar-besarkan ancaman yang ada," imbuhya.

"Gunanya untuk memicu wacana politik tertentu, yakni ancaman teroris Muslim jahat yang membahayakan seluruh negara Hindu."

Bertambahnya jumlah militan asing

Dukungan penduduk lokal berfluktuasi bagi pemberontakan yang telah berlangsung sejak puluhan tahun di Kashmir. Antara 2015-2016, misalnya, animo warga dipenuhi pemujaan terhadap pemimpin muda kaum militan seperti Burhan Wani, yang terutama dipicu oleh media sosial, dan mendorong gelombang perekrutan besar-besaran.

Sejak itu, perekrutan warga lokal sudah jauh berkurang. Kesenjangan dalam jumlah kini diisi oleh "militan asing" yang merupakan sebutan pejabat India untuk gerilyawan dari Pakistan. Perkiraan menunjukkan bahwa militan Pakistan sekarang jumlahnya lebih banyak daripada militan pribumi di Kashmir India.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

"Terjadi peningkatan mendadak dalam jumlah teroris asing. Berdasarkan laporan badan intelijen, ada sekitar 120 teroris yang beroperasi di Jammu dan Kashmir saat ini. Dari jumlah tersebut, 80 beroperasi di lembah Kashmir dan 40 di wilayah Jammu. Dari 80 teroris di lembah Kashmir, 61 adalah teroris asing. Hanya 19 yang merupakan teroris lokal. Di Jammu, sekitar 35-36 adalah teroris asing. Komponen utamanya saat ini adalah teroris Pakistan," kata Shesh Paul Vaid, mantan Direktur Jenderal Kepolisian Jammu & Kashmir kepada DW.

Tingkat kelangsungan hidup teroris di Kashmir 'sangat rendah'

Ayjaz Wani dari ORF mengatakan bahwa "perubahan positif" pada persepsi warga lokal yang dipadukan dengan peningkatan keamanan merupakan faktor utama di balik berkurangnya jumlah penduduk lokal yang bergabung dengan kelompok militan.

"Selama tiga puluh tahun terakhir, Kashmir telah digunakan oleh Pakistan dan militernya untuk mengalihkan perhatian warga dari isu-isu politik dan ekonomi dalam negeri," katanya.

"Banyak anak muda di Kashmir sekarang merasa bahwa Pakistan telah menipu mereka dengan mengeksploitasi agama... pada akhirnya, jelas bahwa dukungan Pakistan terhadap terorisme bukan karena kedekatannya dengan Muslim Kashmir, tetapi karena rancangan geostrategis dan geopolitik milik Pakistan sendiri, untuk menghambat kebangkitan India di panggung global," tambah analis tersebut.

Security tight as Indian-administered Kashmir votes

Sahni mengatakan bahwa ada upaya untuk meningkatkan komponen penduduk asli dalam militansi Kashmir dari waktu ke waktu.

"Saat ini perekrutan lokal berada pada tingkat yang sangat rendah karena harapan hidup seorang teroris di wilayah tersebut saat ini sangat singkat," katanya.

Namun Shesh Paul memperingatkan bahwa militan asing kemungkinan berada di balik serangan-serangan terbaru di wilayah tersebut.

"Ada kemungkinan akan terjadi serangan teror besar dalam beberapa hari mendatang. Meningkatnya komponen teroris asing akan menimbulkan ancaman baru bagi stabilitas di wilayah tersebut," katanya.

Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris