Merkel Temui Turki yang Makin Percaya Diri
25 Februari 2013Pada pertemuan Senin (25/2) dengan PM Recep Tayyip Erdogan di Ankara, Kanselir Jerman Angela Merkel menghadapi kepala pemerintahan Turki yang makin percaya diri. Ini karena kesuksesan ekonomi dan peran makin besar Turki di bidang diplomasi dan di tingkat internasional. Sikap itu semakin diperkuat Komisaris Energi Eropa Günther Oettinger yang baru-baru ini menyampaikan, Jerman dan Perancis pada dekade mendatang bisa-bisa memohon agar Turki mau masuk ke Uni Eropa.
Ketua dewan luar negeri parlemen Jerman Ruprecht Polenz meminta pembukaan babak baru perundingan keanggotaan dengan Turki meskipun adanya blokade terhadap Siprus selama ini, "untuk memberi peluang kedua pihak melakukan diskusi yang sistematis."
Turki selama ini bersikeras menolak memperluas Uni Bea Cukai dengan 10 anggota baru Uni Eropa termasuk Republik Siprus yang tidak diakui Turki. Ini berarti, kapal-kapal dan pesawat-pesawat Siprus tanpa terhalang dapat memasuki pelabuhan Turki dan untuk itu Ankara masih belum bersedia. Bagi Turki amat membuat geram, bahwa sejak perundingan keanggotaan tahun 2005, hanya 13 dari 35 bagian yang dibuka, hanya bagian untuk tema ilmu pengetahuan dan riset yang diselesaikan.
Di sisi lain arti geostrategis yang terletak antara Eropa dan Timur Tengah serta Asia, diiringi tingkat pertumbuhan ekonominya, menjadi alasan bagi Turki untuk makin percaya diri.
Tidak diharapkan bahwa Merkel akan berubah dari tawaran kemitraan istimewa ketimbang pilihan untuk keanggotaan dalam Uni Eropa. Tapi dari lingkungan diplomatik Turki maupun Jerman tidak menutup adanya „sinyal-sinyal positif“, setelah Perancis di bawah presiden barunya Francois Hollande menjanjikan babak baru dalam politik regional.
Wajib Visa dan Paspor Ganda
Lebih dari prosedur keanggotaan Uni Eropa, tema yang menjadi sorotan Turki adalah wajib visa dan kewarganegaraan ganda. Menteri Dalam Negeri Jerman Hans-Peter Friedrich dalam pembicaan di Turki dua pekan lalu menutup kemungkinan bebas visa bagi warganegara Turki untuk berkunjung ke Jerman.
Juga kemungkinan warga Turki yang tinggal di Jerman dapat memegang dua paspor, masih menjadi tema kontroversial.
Dalam sengketa visa, Turki terutama menunjuk pada proses birokrasi berliku-liku bahkan bagi para pebisnis yang ingin menanam investasi di Jerman. Menteri luar negeri Turki Ahmet Davutoglu menyebut sebagai „perlakuan yang memalukan“ bagi negaranya sebagai calon anggota Uni Eropa. Merkel, menurut pandangan pengamat dalam hal wajib visa akan menunjuk pada sudah dimulainya perundingan antara Komisi Eropa dengan Ankara dan menutup kemungkinan langkah sendiri yang diambil Jerman. Tapi juga tidak diharapkan bahwa Turki tanpa janji mengikat pemberian visa, bersedia sebagai imbal balik menarik kembali pengungsi yang melarikan diri ke Yunani lewat perbatasannya. Hal yang penting bagi Uni Eropa.
Harapan Kerjasama Lebih Intensif Tangkal Teror
Poin penting lainnya dalam hubungan Jerman Turki adalah sikap bersama mengatasi ekstremis bermotif religius atau politis maupun terorisme internasional. Dari lingkungan keamanan Jerman disebutkan, kerjasama tidak buruk, tapi diharapkan dapat ditingkatkan. Untuk koordinasi lebih baik penangkalan teror diharap adanya kesepakatan bahwa kementerian kedua negara di masa depan melakukan konsultasi rutin dua kali setahun.
Di sektor hubungan ekonomi, Jerman dan Turki antara lain akan memperluas kerjasama di sektor energi dan upaya peningkatan perdagangan bilateral dan transfer teknologi.