Merkel: Jerman Tak Bisa Berdiam Diri Atas Nasib Suriah
12 September 2018Pernyataan itu disampaikan Angela Merkel, dua hari setelah pemerintahannya mengadakan pembicaraan dengan koalisinya tentang kemungkinan penempatan militer di negara yang dilanda perang tersebut.
Kanselir Jerman itu mengatakan Jerman tidak bisa begitu saja menolak intervensi militer, suatu hal yang bertentangan langsung dengan mitra koalisinya SPD, yang menolak berpartisipasi dalam aksi militer melawan pemerintah Suriah.
"Mengatakan 'tidak' sedari awal, tidak peduli atas apa yang terjadi di dunia inibukanlah sikap Jerman," katanya kepada Parlemen Jerman, Bundestag.
Jerman, negera berkuatan ekonomi terbesar keempat dunia ini, berada di bawah tekanan Amerika Serikat untuk meningkatkan anggaran belanja militer dan memikul lebih banyak tanggung jawab dalam NATO.
Jerman tidak berpartisipasi dalam serangan militer yang dilakukan oleh pasukan Amerika Serikat, Perancis, dan Inggris di Suriahpada bulan April lalu, setelah serangan senjata kimia.
Hadapi tekanan koalisi dan publik
Merkel dan kubunya harus mendapatkan persetujuan SPD, mitra koalisi dalam pengambilan putusan koalisi, dan mengatasi sikap penolakan publik secara besar-besaran terhadap partisipasi Jerman dalam misi tempur militer.
Pemimpin SPD, Andrea Nahles pada hari Rabu (12/09) mengatakan kepada anggota parlemennya bahwa pihaknya tidak akan setuju dengan intervensi militer Jerman di Suriah kecuali Perserikatan Bangsa Bangsa mengesahkan tindakan tersebut.
Jajak pendapat: Warga tidak setuju intervensi
Misi tempur tetap menjadi topik sensitif di Jerman, karena sejarah masa lalu Nazi. Partisipasi dalam setiap serangan udara di Suriah akan juga menempatkan Jerman pada jalur yang bersebrangan dengan Rusia, yang terutama merupakan pendukung Presiden Bashar al-Assad.
Tujuh puluh empat persen orang Jerman menentang partisipasi dalam intervensi militer Jerman jika ada serangan senjata kimia yang dilakukan oleh pemerintah Suriah, demikian menurut jajak pendapat baru yang dilakukan oleh surat kabar Die Welt dan diterbitkan hari Rabu (12/09).
ap/yf(ap)