Mengenai Libya, NATO Belum Ambil Keputusan
21 Maret 2011Sejauh ini Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO belum bisa menyepakati keikutsertaannya dalam mengawal keputusan zona larangan terbang di atas Libya. Terutama Turki menolak diterapkannya zona larangan terbang tersebut.
Setelah pertemuan 28 anggota NATO hari Minggu (20/03) di Brussel, Belgia, menteri luar negeri Luxemburg Jean Asselborn mengatakan, "Saat ini NATO masih mencari peranan, apakah menjadi pelengkap koalisi atau koalisi yang akan berada di bawah komando NATO. Menurut saya, bagaimanapun juga NATO adalah sebuah aliansi multilateral, dan dalam kasus ini hendaknya memainkan peranan pimpinan."
Sementara itu, pasukan koalisi melaporkan, serangannya di malam ke dua terhadap Libya sebagai cukup sukses. Sebagian besar senjata penangkis serangan udara Libya berhasil dilumpuhkkan. Juga gerakan maju pasukan Gaddafi ke kota Benghazi yang merupakan kubu kelompok pemberontak berhasil dipatahkan. Para pemberontak di Benghazi menyambut gembira serangan udara koalisi Barat itu.
Serangan udara besar-besaran terhadap pasukan Gaddafi dilancarkan secara serempak dari basis militer di Perancis, Italia, Yunani dan Siprus serta dari kapal perang di kawasan pantai Libya. Wakil Menteri Pertahanan Amerika Serikat Michele Flournoy menegaskan sasaran serangan tersebut, "Di manapun, jika warga sipil terancam, kami akan menggunakan asset yang ada untuk mencoba melindungi warga dan menghentikan pasukan Gaddafi bergerak ke kota-kota tersebut, untuk memotong jalur logistik, memberikan komando dan mengendalikan."
Liga Arab sementara ini melontarkan kritiknya menanggapi aksi militer besar-besaran aliansi Barat terhadap Libya. Sekretaris Jenderal Liga Arab Amr Mussa, di sela-sela pertemuan dengan delegasi Uni Eropa di Kairo, Mesir, menyatakan, bukan itu tujuan diterapkannya zona larangan terbang. Ia juga mengatakan mencemaskan jatuhnya korban sipil dalam operasi serangan udara ini.
Di lain pihak, Turki yang anggota NATO terus mendesak dilakukannya pengkajian kembali opsi serangan militer terhadap Libya, dengan menimbang kemungkinan jatuhnya korban warga sipil. Turki juga mengimbau penguasa Libya Muammar al Gaddafi untuk mengundurkan diri dari semua kekuasaan politiknya. Di sela-sela konferensi ekonomi di Jeddah, Arab Saudi, PM Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Gaddafi telah melewatkan waktu yang tepat untuk mengundurkan diri secara terhormat. Sekarang saatnya untuk menghentikan pertumpahan darah dan menghormati keinginan rakyat Libya.
Sementara itu, Inggris menyatakan, untuk sementara membatalkan rencana pengerahan pesawat tempur Tornado, untuk mencegah jatuhnya korban sipil. Jerman sejauh ini tetap menolak terlibat dalam aksi militer terhadap Libya.
Agus Setiawan/dpa/rtr/afp
Editor: Dyan Kostermans