Mendekat ke Saudara Tua
3 September 2012Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton, memulai kunjungan ke Indonesia. Konflik Laut Cina Selatan akan menjadi pokok pembahasan utama dalam kunjungan pejabat Amerika itu, yang ingin meredam pengaruh Cina di Asia Tenggara.
Konferensi Menteri Luar Negeri ASEAN di Phnom Penh, Kamboja Juli lalu, memicu kekhawatiran Amerika. Saat itu, untuk pertama kalinya negara-negara ASEAN gagal membuat resolusi bersama tentang konflik Laut Cina Selatan. Inilah bukti makin menguatnya pengaruh Negeri Tirai Bambu di kawasan.
Pengaruh Dua Raksasa
Pengamat luar negeri dari lembaga tangki pemikiran CSIS Phillips J. Vermonte menyebut, saat itu Kamboja dan sejumlah negara lain menolak komunike bersama. “Cina berhasil membuktikan pengaruhnya di Asia Tenggara“ kata Philips sambil menambahkan bahwa “Untuk pertama kalinya dalam sejarah, ASEAN gagal mencapai komunike bersama“ kata Philips
ASEAN yang dulu ingin netral, tak bisa lepas dari pengaruh dua kekuatan besar ekonomi dunia yang kini sedang bertarung yakni Amerika dan Cina.
“Singapura, Philipina dan Thailand dekat dengan Amerika” kata Philips sambil menambahkan bahwa di lain pihak “Cina lebih memiliki pengaruh di negara seperti Myanmar, Laos, dan Kamboja ”. Di lain pihak Indonesia dan Malaysia relatif ingin menampilkan politik yang lebih netral.
Meski demikian kata Philips, secara umum Amerika memiliki pengaruh yang lebih besar dari Cina karena relatif lebih bisa mempengaruhi Indonesia, Malaysia dan Kamboja.
Dua Lobi untuk Saudara Tua
Sejak beberapa tahun terakhir, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ingin memainkan peranan lebih besar di kawasan. Keinginan untuk menjadi “Saudara Tua” atau yang paling dihormati di Asia Tenggara saat ini menjadi lebih mungkin, karena Indonesia kini memegang tampuk kepemimpinan ASEAN dan dianggap sebagai negara paling demokratis dan stabil.
Indeks kebebasan yang dikeluarkan Freedom House tahun 2011 menempatkan Indonesia sebagai satu-satunya negara bebas di Asia Tenggara meninggalkan Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand yang dikategorikan setengah bebas. Dalam ekonomi, Indonesia menunjukkan perkembangan yang mengesankan dengan tingkat pertumbuhan 6,5 persen.
Dalam sengketa Laut Cina Selatan, Indonesia dilobi oleh dua raksasa yakni Cina yang berkonflik langsung dengan negara-negara ASEAN dan Amerika Serikat yang ingin mengurangi pengaruh Cina di kawasan.
Cina, kata Philips, membangun pengaruh di kawasan ASEAN lewat proyek pembangunan infrastruktur di negara seperti Kamboja dan Laos.
“Cina juga melobi Indonesia dengan memberikan bantuan keuangan untuk proyek pembangunan infrastruktur serta menawarkan bantuan peralatan militer“ kata Philips.
Kehadiran Hillary Clinton ke Indonesia adalah bagian dari upaya Paman Sam untuk mengimbangi pengaruh Cina terhadap Indonesia. Meski belum jelas, tawaran bagi Indonesia tapi biasanya “lobi” Amerika itu adalah dalam bentuk bantuan dana pembangunan lewat organisasi keuangan internasional seperti IMF atau Bank Dunia.
Andy Budiman
Editor: Hendra Pasuhuk