Menangkal Asteroid, Melindungi Bumi
22 April 2014
Tanggal 15 Februari 2013 silam langit Chelyabinsk, Russia, tiba-tiba menyala terang. Penyebabnya adalah obyek tak dikenal sebesar 20 meter yang melesat di langit dengan kecepatan 66,000 kilometer per jam, dan menghujam bumi serta melepaskan energi setara 20 atau 30 kali bom atom di Hiroshima.
Akibat insiden tersebut ribuan orang luka luka dan lebih dari 7000 gedung dan rumah mengalami rusak berat. Chelyabinsk adalah tempat terakhir di bumi yang disambangi oleh meteor - benda langit yang mengorbit matahari dari tempat tergelap di sistem tata surya dan menghujani planet-planet ketika gaya gravitasi mengubah lintasan terbangnya.
Sejak beberapa dekade ilmu pengetahuan berupaya mendeteksi kedatangan meteor sejak dini. Dan kini ilmuwan mencari jawaban bagaimana melindungi bumi dari peziarah tak diundang itu. Belum lama ini Badan Antariksa Eropa, ESA, mendapat mandat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa buat meracik teknologi untuk menghadapi asteorid yang mengancam eksistensi manusia di bumi
Mengandalkan Energi Kinetik
Singkatnya ESA sedang mengembangkan misi antariksa untuk menghadang sebuah asteroid. "Saya kira, kami bisa mengubah arah terbang asteorid," kata Detlef Koschny, Kepala Bidang Obyek Dekat Bumi di ESA. Koschny mengajukan dua cara buat menghadapi batuan antariksa tersebut..
Salah satunya adalah apa yang disebut sebagai tubrukan kinetik. Metode ini melibatkan satelit atau wahana antariksa bermassa besar yang "menghantam asteroid dan mendorongnya keluar dari jalur terbang," kata Koschny.
Asosiasi Pengembara Angkasa (ASE) menyarankan agar dinas antariksa internasional mengujicoba metode tubrukan kinetik dalam sepuluh tahun untuk mendemonstrasikan keampuhannya. Metode lain adalah menggunakan pesawat raksasa dan "memanfaatkan gaya gravitasinya untuk menarik asteorid."
Berakhir pada Diplomasi?
Sejak beberapa dekade silam ilmuwan mengembangkan beragam metode mengalihkan asteroid dari bumi. Intinya adalah mempercepat atau memperlambat kecepatan terbang batuan langit itu. Bergantung dari momentum tubrukan, asteorid kemudian akan terbang melewati bumi.
Masalah terbesar pada metode ini terletak pada manusia sendiri. Bekas astronot AS, Russel Schweickart pernah berandai, sebuah asteroid terbang ke arah bumi dan manusia memutuskan memperlambat atau mempercepat lajunya.
Jika ilmuwan mempercepat laju batuan langit itu, maka arah terbangnya akan melewati Eropa dan Rusia. Sebaliknya kalau diperlambat, asteroid akan melewati Amerika Serikat. "Jadi ke mana anda mau mengubah arah terbangnya?," tanyanya.
"Perkaranya jika ada masalah, anda akan memaksakan risiko besar pada negara-negara yang awalnya tidak terkena dampak secara langsung," tukasnya kepada majalah Popular Mechanics. Memandu kerjasama internasional dalam kasus tersebut diyakini bakal menjadi batu sandungan terbesar.
rzn/hp (ap,rtr,dpa,esa,science)