Lukisan Perasaan Anak-anak Afghanistan
Anak-anak di Afghanistan trauma dengan perang. Mereka menderita dan ketakutan. Anak-anak dari berbagai kota di Afghanistan menggambarkan perasaan mereka akan tanah airnya.
Nazira dari Mazar-i- Sharif, kelas 6
" Saya mencintai alam. Perang menghancurkan alam, pasukan internasional telah membantu melindungi dalam beberapa tahun terakhir. Saya takut atas penarikan mereka ... "
Ali Sina Lalizada dari Kabul, 12 tahun
"Taliban menembak teknisi. Di bawah pemerintahan Taliban, anak gadis tidak diizinkan untuk pergi ke sekolah. Perempuan tidak diizinkan untuk bekerja… Ini tidak benar! Mengapa anak laki-laki harus pergi ke sekolah dan anak perempuan tidak boleh? Saya tidak ingin Taliban kembali ke kancah kekuasaan."
Slyman dari Khost, kelas 9
"Di sekitar sekolah kami pernah ada sebuah bom meledak di jalan. Anak-anak sekolah ikut terluka .. karenanya."
Saina Husseini dari Kandahar, kelas 8:
“Perdamaian adalah hal yang diharapkan manusia. Perdamaian memungkinkan terciptanya kemajuan dan kebebasan untuk melangkah.. "
Khadidja Refai dari Kandahar, kelas 8:
"Dalam nama Allah Yang Maha Pengasih, kita semua ingin damai "
Sakina, kelas 4 dan Lima, kelas 5, keduanya dari Khost
Sakina : "Banyak orang miskin di negara kita tidak memiliki rumah dan mereka tinggal di tenda .. " Lima:"Kami mengandalkan bantuan guru. Anak-anak memiliki hak untuk belajar, sebagaimana Nabi kita tercinta mengajarkan : ... Belajar adalah tugas baik untuk laki-laki maupun perempuan."
Abdul Hakim dari Khost , kelas 7
"Di masa lalu, banyak sekolah yang tidak memiliki bangunan. Kini pemerintah baru telah membangun banyak sekolah .. "
Modjtaba dari Kabul, 12 tahun
"Seorang perempuan dicambuk oleh Taliban. Ini merupakan tindakan main hakim sendiri yang dilakukan Taliban .. "
Hussna dari Kandahar, kelas 6
"Opium tidak hanya menghancurkan Afghanistan, tetapi juga merugikan citra Afghanistan di mata dunia. Seharusnya negara kita menjauhkan diri dari budidaya opium dan berbisnis dengan obat-obatan. ... "
Marzai, kelas 8 dan Said Ghazanfer Ahmadi, kelas 8, dari Kabul
Marzai: "Di negara saya tetap terjadi perang dan penindasan banyak menimpa anak-anak - terutama perempuan. Mereka berada di luar sekolah." Said Ghazanfer Ahmadi: "Kemiskinan memaksa ayah dan anak melarikan diri dari tanah kelahirannya. Anak itu ingin pergi ke sekolah, tapi ayah mengeluarkannya dari sekolah, karena dia harus mencari uang. Itu adalah nasib banyak anak-anak miskin."