Legenda Tutup Usia: Johan Cruyff 1947-2016
Kiprahnya mendunia dan warisannya hingga kini masih menggoyang sepakbola Eropa. Legenda Belanda, Johan Cruyff, meninggal dunia setelah melakoni laga terakhir melawan penyakit kanker paru-paru.
Laga Terakhir Sang Legenda
Tidak cuma pecinta sepakbola Belanda yang meratapi kematian Johan Cruyff, melainkan juga khalayak umum di Eropa, juga dunia. Pria yang didagnosa mengidap kanker paru-paru sejak Oktober tahun lalu itu meninggal dunia di Barcelona pada usia 68 tahun. Padahal Februari silam Cruyff masih merasa unggul "2-0 dalam duel melawan kanker," dan yakin "akan keluar sebagai pemenang."
Terbang Bersama Ajax
Cruyff mengawali karirinya di Ajax Amsterdam sejak usia 10 tahun. Bersamanya de Godenzonen mencatat era keemasan dengan menggondol tiga kali juara Liga Champions Eropa, delapan kali juara liga dan lima piala KNVB. Ia lalu meninggalkan Ajax setelah menghantarkan Ajax mengalahkan Juventus 1-0 di partai final Liga Eropa.
Sepakbola Komidi Putar
Di puncak karirnya Cruyff berhasil membawa Belanda hingga ke partai final Piala Dunia 1974 di Jerman Barat. Selama turnamen, tim yang ditukangi pelatih legendaris Rinus Michels itu membabat Brazil 2:0 dan Argentina 4:0. Meski akhirnya kalah dari Jerman Barat, Belanda memukau dunia dengan taktik Total Football, yang oleh kapten Brasil Carlos Alberto dijuluki sebagai "sepakbola komidi putar."
Tim Impian
Setelah meninggalkan Ajax, Cruyff menemukan cinta keduanya yakni FC Barcelona. Meski berhasil membawa klub Catalan tersebut menjuarai La Liga untuk pertamakali dalam 13 tahun, kiprah Cruyyf di Barcelona kurang mentereng dibandingkan di Ajax. Namun hampir dua dekade kemudian ia kembali ke Barcelona sebagai pelatih dan meletakkan pondasi "the dream team" yang kemudian mendominasi Eropa
Warisan Abadi
Peninggalan Cruyff yang mungkin lebih diingat orang ketimbang kemampuannya mengolah kulit bundar adalah kiprahnya sebagai pelatih. Bersama Barcelona ia membangun pusat pendidikan La Masia dan menyuntikkan taktik Total Fotball ke dalam tradisi Catalan yang kemudian dikenal sebagai Tiki Taka. Taktik serupa diterapkan Spanyol buat menjuarai Piala Eropa dan Piala Dunia tahun 2008, 2010 dan 2012.