LDP Ingin Bawa Jepang ke Kanan
14 Desember 2012Politik Jepang dibayangi dengan kesan "déjà-vu": Shinzo Abe yang menurut jajak pendapat akan keluar sebagai pemenang pemilu hari Minggu (16/12), sudah pernah menjabat sebagai perdana menteri pada periode September 2006 sampai September 2007. Partai Liberalnya LDP, memerintah hampir secara berkesinambungan di Jepang antara 1955 dan 2009. Bahkan Shintaro Ishihara, bekas si kuda tempur LDP kembali ke panggung nasional setelah 13 tahun menjadi walikota Tokyo.
Terkait tema pemilu, negeri ini juga tampaknya berpaling ke masa lalu: Abe menjanjikan Jepang yang " lebih indah" , dan sama seperti masa lalu,dia ingin memicu perekonomian dengan beton untuk jembatan, jalan dan bendungan. Kecelakaan nuklir di Fukushima tidak disinggung, meskipun lebih dari 50 persen warga Jepang ingin berpaling dari energi nuklir. Namun, mayoritas pemberi suara tampaknya menginginkan kembalinya LPD yang ironisnya dulu membuat Jepang sebagai negara berkekuatan nuklir.
Politisi kanan tuntut Jepang yang "kuat"
Nasionalis fanatik Ishihara yang berusia 80 tahun, dengan tegas mengatakan: "Jepang ibaratnya Titanic - di situ orkes tetap bermain meskipun kapal mulai tenggelam". Kepada pendukungnya dalam kampanye pemilu ia menuntut "Jepang yang kuat dan tidak tenggelam", dan penghapusan "feodalisme" pegawai tinggi pemerintah. Sebagai walikota Tokyo dia memaksa Perdana Menteri Yoshihiko Noda membeli tiga pulau yang juga diklaim China.
Langkah itu menimbulkan kerusuhan anti Jepang yang paling parah di China September lalu. Namun bagi politisi ultra kanan itu, kehebohan ini belum cukup. Dia tidak bisa meninggal sebelum "Jepangnya yang dipermainkan China dan digunakan Amerika Serikat sebagai gundiknya, kembali menjadi sebuah bangsa yang lebih kuat dan indah". Dan gelagatnya memang Ishiharalah yang akan ikut menentukan pemilu mendatang.
Kecewa terhadap reformasi
Setelah hanya tiga tahun di bangku oposisi, LDP kini kembali digemari karena pemberi suara sangat kecewa terhadap upaya reformasi kubu Demokrat (DPJ). "DPJ hanya sedikit merealisir janji-janjinya", kata Minoru Morita dari kubu kiri. Upaya peningkatan kesejahteraan rakyat gagal akibat kekurangan dana. Kekurangan pengalaman menggagalkan upaya membabat birokrasi. Dan dalam tiga tahun, partai yang heterogen ini tiga kali mengganti perdana menterinya. Pemerintah DPJ juga terbukti tidak mampu menangani bencana tsunami dan kecelakaan nuklir di Fukushima.
Frustasi rakyat memberikan pemimpin LDP Shinzo Abe mendapat peluang untuk melaksanakan agenda nasionalisnya. Patrick Köllner, direktur Institut Pengkajian Asia di Hamburg menggambarkan Abe sebagai "hardliner yang konservatif". Abe hendak mereformasi konstitusi yang didikte oleh AS di saat pendudukan yang mewajibkan Jepang untuk pasifis. Ke depan, sebutan "kekuatan pertahanan" harus diganti dengan "angkatan bersenjata", dan bila bertugas dalam misi PBB, tentara diperbolehkan membalas tembakan.
Provokasi China
Tetapi dalam upaya ini, Abe menggunakan wacana nasionalis yang membuat berang negara tetangganya, China. Abe menyangkal kejahatan perang Jepang, misalnya pemaksaan ribuan perempuan China sebagai pelacur. Abe hendak meningkatkan anggaran pertahanan untuk membatasi kekuatan China. Secara demonstratif dia memprovokasi China dengan kunjungannya ke kuil Yasukuni yang kontroversial, dan melalui pertemuannya dengan Dalai Lama.
Menurut jajak pendapat, LDP dengan mitranya partai Komeito Baru akan meraih mayoritas absolut di majelis rendah. Namun di situ Abe memerlukan dua pertiga mayoritas untuk dapat memveto majelis tinggi yang dikuasai oleh lawannya. Tanpa mayoritas ini, blokade politik yang telah berlangsung dua tahun terakhir ini, akan berlanjut sedikitnya sampai pertengahan tahun 2013, hingga pemilihan separoh dari jumlah anggota keseluruhan majelis tinggi. Untuk perubahan konstitusi juga diperlukan tiga perempat mayoritas.
Koalisi kanan melawan kemandekan?
Meskipun demikian Abe menolak pembentukan koalisi besar bersama Perdana Menteri Yoshihiko Noda dengan partai demokratnya, padahal Noda dikenal sebagai seorang konservatif yang moderat dan partainya bergeser ke tengah setelah sejumlah kegagalan. Karena itu, mitra yang tersisa, yaitu partai di bawah pimpinan Ishihara "Restorasi Jepang" akan menjadi penting. Partai ini didirikan oleh walikota Osaka, Toru Hashimoto, 43 tahun. "Politisi tidak melakukan apa pun juga untuk rakyat dan tidak pernah mengatakan kebenaran", ujar Hashimoto di dalam bus kampanye mereka. Menurut perkiraan, sekitar 30 sampai 50 kursi akan diraih oleh Restorasi Jepang. Jumlah ini akan memenuhi persyaratan mayoritas dua pertiga yang diperlukan di parlemen untuk dapat menggeser Jepang semakin ke arah kanan.
LINK: http://www.dw-world.de/dw/article/0,,16453336,00.html