Langgar Tabu, Tentara Perempuan Nepal Tangani Jenazah COVID
5 Desember 2020Di krematorium Pashupati di ibu kota Nepal, Kathmandu, terlihat empat perempuan yang mengenakan baju pelindung mengangkat jenazah korban virus corona, dan menyerahkannya kepada petugas krematorium. Sebelumnya, ini adalah sebuah pemandangan yang tidak bisa dibayangkan terjadi di negara konservatif itu.
Menyentuh jenazah masih merupakan hal yang tabu bagi perempuan di Nepal. Tetapi hak-hak perempuan telah mengalami perbaikan sejak tahun 2006, ketika negara dengan penduduk mayoritas Hindu itu berhasil keluar dari konflik berkepanjangan yang berlangsung hingga satu dekade, dan berhasil menghapuskan monarki feodal yang berusia berabad-abad dalam dua tahun berikutnya.
Para perempuan pengangkut jenazah di Kathmandu, semuanya tentara, untuk pertama kalinya dikerahkan ketika negara berpenduduk 30 juta orang itu berjuang menangani jenazah korban COVID-19 di tengah pandemi.
“Saya merasa terhormat dan bahagia karena diberi kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang selama ini hanya dilakukan oleh laki-laki,” kata salah satu perempuan itu, seorang kopral berusia 25 tahun bernama Rachana, yang meminta untuk diidentifikasikan hanya dengan satu nama.
Menembus batas
“Masyarakat tengah berubah ... Saya belum pernah mengunjungi keluarga sejak memulai tugas baru ini, tetapi teman-teman saya ikut senang. Mereka berterima kasih kepada saya dan berkata, ‘Kamu telah melakukan tugas yang sulit dengan hati-hati dan menjaga dirimu tetap aman. Terima kasih.’ Saya merasa bahagia,” ungkap Rachana.
Pada bulan lalu, di hari pertama perempuan sekawan itu bekerja, keempatnya bertugas memindahkan enam jenazah dari rumah sakit ke krematorium. Juru bicara Angkatan Darat Nepal, Shantosh B. Poudyal, mengatakan pasukannya yang berkekuatan 95.000 personel telah menempatkan tentara perempuan dalam peran baru ini sebagai bagian dari program untuk memberdayakan mereka.
“Perempuan telah dikerahkan dalam tugas tempur, di rumah sakit, bidang persenjataan, rekayasa teknik, dan pada saat bencana. Ini adalah kali pertama mereka bertugas mengambil jenazah dari rumah sakit dan mengangkutnya ke krematorium,” ujarnya.
“Bisa dibilang ini menembus batas ...," kata Poudyal.
Di Nepal, penanganan jenazah korban virus corona menjadi tanggung jawab tentara. Menurut data resmi, pandemi telah menewaskan 1.508 orang di negara itu dan menginfeksi 233.452 orang sejak virus pertama kali terdeteksi pada Januari 2020.
Pada hari Senin (30/11) setidaknya 29 orang dilaporkan meninggal karena COVID-19, jumlah kematian harian tertinggi sejak tanggal 4 November, demikian ungkap data kementerian kesehatan setempat.
Tugas yang menantang
Jumlah pasti kasus infeksi dan kematian akibat wabah COVID-19 di negara ini tidak sepenuhnya diketahui karena terbatasnya kapasitas pengujian terbatas. Para ahli mengatakan jumlah sebenarnya bisa jauh lebih tinggi daripada data resmi.
Petugas kesehatan mengatakan pandemi hanya akan memburuk saat musim dingin tiba dan infrastruktur kesehatan yang memang terbatas, termasuk tempat tidur untuk perawatan kritis, telah melampaui kapasitas.
Di luar rumah kremasi Pashupati, para kerabat meratap, melemparkan kembang marigold dan bubuk vermillion melewati pagar besi ke arah kain kafan putih yang menutupi jenazah seorang lelaki berusia 58 tahun.
Tiga jenazah lainnya, dengan label bertuliskan nama dan usia mereka, dibaringkan di atas tanah, tepat di samping mobil jenazah berwarna putih. Para pekerja krematorium masih terus bertugas hingga lewat tengah malam.
“Adalah tugas saya untuk memindahkan jenazah dan saya bangga atas apa yang saya lakukan,” kata Krishna Kumari, tentara lain dalam kelompok itu. Sersan berusia 37 tahun itu menambahkan: “Pekerjaan ini secara fisik memang tidak mudah... dan kami telah membuktikan bahwa perempuan mampu melakukan tugas-tugas sulit selama pandemi.”
ae/vlz (Reuters)