Kunjungan Erdogan ke Cina
8 April 2012Stasiun pertama kunjungan PM Turki Recep Tayyip Erdogan di Cina Minggu (08/04)adalah provinsi Xinjiang yang didominasi kelompok minoritas Uighur. Aksi kekerasan Cina terhadap kelompok minoritas muslim Uighur pada kerusuhan tahun 2009 merusak hubungan bilateral Cina dengan Turki.
Tiga tahun pasca krisis tersebut, kunjungan Erdogan tampaknya sebagai isyarat dialog dan kepercayaan lebih besar antara kedua negara. "Turki dan Cina telah melakukan politik baru. Mereka telah berusaha untuk mencegah isu Uighur menjadi sumber konflik hubungan bilateralnya." Demikian disampaikan Selcuk Colakoglu dari Pusat Kajian Strategis USAK kepada DW.
Cina berusaha meyakinkan opini publik di Turki untuk politiknya, dengan semakin membuka diri terhadap Turki. Sementara Ankara melakukan komunikasi langsung dengan pemerintah Cina, tanpa mengungkapkan kecemasannya dengan publik. Dijelaskan Colakoglu lebih lanjut, "Jika tidak ada awal pecahnya kerusuhan besar di kawasan tersebut, seperti yang terjadi tahun 2009, hubungan lebih dekat Turki dan Cina tampaknya menjadi kontribusi perbaikan situasi politik dan ekonomi bagi minoritas Uighur."
Turki telah lama menjalin hubungan dengan warga Uighur yang mayoritas beragama muslim dan merupakan kelompok minoritas di Cina. Tahun 2009 saat terjadi kerusuhan, secara resmi Turki mengritik Cina atas aksi kekerasan dalam mengatasi kerusuhan di provinsi Xinjiang.
Erdogan membandingkan aksi pemerintah Cina kala itu sebagai genosida. Insiden tersebut benar-benar merusak hubungan Turki-Cina, tapi kepentingan ekonomi dan politik segera mengatasi ketegangan itu. Hubungan semakin membaik setelah Menlu Turki Ahmet Davutoglu mengunjungi Cina 2010.
Turki menekankan dukungan dan respeknya untuk kedaulatan dan integritas wilayah Cina, namun juga mengingatkan masalah hak asasi manusia yang meningkat di Provinsi Xinjiang.
Kunjungan pertama dalam 27 tahun
Kunjungan Recep Tayyip Erdogan adalah kunjungan resmi pertama seorang perdana menteri Turki ke Cina, sejak 27 tahun terakhir. Kunjungan Erdogan ke Cina tahun 2003 adalah sebagai ketua Partai Keadilan dan Pembangunan Turki AKP.
“Kunjungan ini dijadwalkan tidak lama setelah kunjungan Wapres Cina Xi Jinping ke Turki Februari lalu. Ini mencerminkan keinginan politik kedua negara untuk meningkatkan hubungan ke tingkat yang tertinggi.” Demikian dikatakan juru bicara Menteri Luar Negeri Turki Selcuk Unal kepada DW.
Kedua negara telah membina hubungan strategis sejak 2010. Sejak itu keduanya juga melakukan dialog untuk isu-isu bilateral dan internasional. Bagaimanapun Turki dan Cina kini akan mengatasi perbedaan-perbedaan mereka dalam sejumlah isu, seperti situasi di Suriah.
Turki saat ini semakin melakukan politik asertif dan bertindak aktif dalam isu Suriah. Ankara mengambil posisi di belakang pihak oposisi Suriah dan menyerukan kepada Presiden Suriah Bashar al Assad untuk menghentikan kekerasan, mengundurkan diri dan melakukan politik transisi menuju demokrasi. Pemerintah Turki secara terbuka mengkritik veto Cina dan Rusia terkait resolusi PBB untuk menghentikan kekerasan di Suriah.
Erdogan Cari Dukungan untuk Politik Masalah Suriah
Menurut diplomat Turki, situasi di Suriah, isu regional dan global akan menjadi topik pembicaraan dalam pertemuan PM Erdogan dengan pimpinan Cina. PM Turki itu dijadwalkan bertemu Presiden Hu Jintao, Wakil Presiden Xi Jinping dan ketua komite Partai Rakyat Cina Wu Bangguo.
Menurut pakar politik Colakoglu, Turki dan Cina memiliki perbedaan pandangan dalam perkembangan terakhir di Timur Tengah dan Afrika, tapi perbedaan ini bukannya tidak dapat diselesaikan.
"Sebelum revolusi di dunia Arab, Turki dan Cina memiliki haluan senada. Mereka mendukung upaya perdamaian dan diplomatik untuk menyelesaikan masalah-masalah di kawasan itu. Tapi setelah musim semi Arab, terlihat perbedaan yang jelas. Turki mendukung upaya rakyat menentang rezim otoriternya. Di sisi lain Cina, menentang campur tangan asing berdasarkan prinsip bahwa intervensi asing ini tidak akan membawa solusi," ujar Colakoglu.
Perdagangan dan Pariwisata
Kunjungan PM Turki Erdogan ke Cina diiringi delegasi besar yang terdiri dari para menteri, pejabat dan pengusaha. Kedua negara akan menandatangani berbagai kesepakatan untuk memajukan kerjasama ekonomi dan politik.
Cina adalah mitra dagang terbesar nomor tiga Turki, setelah Rusia dan Jerman. Volume perdagangan antara Turki dan Cina secara total berjumlah 24 trilyun Dolar AS pada tahun 2011.
“Saat kunjungan PM Cina Wen Jiabao ke Turki tahun 2010, kami menetapkan dua target untuk perdagangan bilateral." Disampaikan juru bicara menlu Turki Selcuk Unal, “Target kami sekarang adalah meningkatkan volume bisnis menjadi 50 trilyun Dolar AS pada tahun 2015 dan 100 trilyun Dolar AS pada tahun 2020.”
Meskipun hubungan ekonomi yang erat, meningkatnya defisit perdagangan Turki dengan Cina menjadi masalah utama. Ankara ingin agar pemerintah Cina mempermudah impor, perdagangan dan kondisi investasi bagi pengusaha Turki. Ankara juga mencari dukungan dari Beijing untuk peningkatan pesat wisatawan Cina di Turki.
Tahun 2011 jumlah wisatawan Cina yang berkunjung ke Turki, untuk pertama kalinya melampaui angka 100 ribu. Ini berarti kenaikan 66 persen dibanding 2009. Tahun 2013 akan menjadi Tahun Budaya Turki di Cina. Pihak penyelenggara pariwisata Turki berharap dapat mengundang lebih banyak warga Cina untuk mengunjungi Turki.
Ayhan Simsek/Dyan Kostermans
Editor: Vidi Legowo-Zipperer