Korea Selatan: Empedu Beruang Sepi Pembeli
7 Februari 2014Beberapa beruang tak lagi memiliki cakar, bahkan ada juga yang telah kehilangan telinga. Kim KwangSoo, sang pemilik beruang mengatakan, beruang-beruang tersebut kehilangan cakar atau telinga akibat diserang oleh beruang-beruang lain yang lebih besar saat mereka masih kecil.
Sementara beberapa beruang lain tampak sedang berbaring bertumpukan sambil memandang keluar jeruji besi berkarat. Ada juga beruang yang sedang berjalan mondar-mandir. Para peneliti mengatakan gerakan mondar-mandir beruang-beruang ini adalah gerakan yang disebabkan oleh stress.
Tanah di bawah kandang besi beruang-beruang tersebut dipenuhi dengan kotoran dan sisa-sisa makanan seperti kue donat, makanan anjing dan buah-buahan. Semenjak lahir beruang-beruang tersebut telah dipelihara dalam kandang yang sedemikian kotor untuk satu tujuan, yakni dibunuh kemudian diambil empedunya.
Di banyak negara di Asia, empedu beruang dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti bisul bernanah, wasir, epilepsi dan bengkak. Sampai sekarang banyak orang Korea Selatan percaya bahwa empedu beruang bisa menambah stamina dan kekuatan.
Industri yang sekarat
Kim mengatakan, dulu orang Korean Selatan mau membayar sekitar 220 juta rupiah sampai 330 juta rupiah untuk bisa mendapatkan seekor beruang untuk disembelih dan diambil empedunya. Sayangnya, sekitar sepuluh tahun lalu para peternak beruang di Korea Selatan mulai mengalami masalah setelah empedu beruang dari Cina dan Vietnam menjadi lebih mudah tersedia dan berharga lebih murah.
Masalah peternak beruang di Korea Selatan menjadi semakin rumit setelah empedu beruang tak lagi sepopuler dulu akibat semakin banyak orang Korea Selatan yang kini meragukan kemujaraban empedu beruang untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Ditambah lagi, kecaman dunia internasional terhadap pembunuhan beruang yang dinilai sadis- inilah hal-hal yang kemudian memicu terjadinya penurunan besar terhadap permintaan empedu beruang.
Persatuan petani beruang mengatakan, selama lima atau enam tahun sebagian besar dari anggota mereka belum menjual satu empedu pun. Sementara hutang para petani akibat biaya pemeliharaan beruang sangat besar dan terus menumpuk. Kim mengatakan, untuk memelihara 270 ekor beruang miliknya, ia menghabiskan uang sekitar 3 milyar rupiah per tahun.
Memprotes pemerintah
Meski empedu beruang tak lagi populer, bukan berarti beruang-beruang tersebut telah selamat dari kondisi buruk dan pembunuhan. Kementrian lingkungan Korea Selatan berencana mengucurkan dana sebesar 6,3 milyar rupiah tahun 2016 untuk kampanye anti pemeliharaan beruang. Kim mengatakan, pemerintah baru-baru ini menawarkan uang sekitar 14 juta rupiah untuk stelirisasai seekor beruang dan 4 juta rupiah pertahun untuk biaya makan, serta 16,5 juta rupiah untuk biaya pembunuhan beruang-beruang yang berusia dibawah 10 tahun.
Peternak beruang menolak tawaran ini, alasannya uang yang diberikan pemerintah masih kurang. Para peternak berpendapat pemerintah seharusnya lebih bertanggung jawab terhadap permasalahan yang menimpa bisnis mereka, sebab pemerintahlah yang dulu mendorong petani untuk beternak beruang.
Jika kesepakatan terkait uang ganti rugi tak bisa dicapai, para peternak mengancam akan menuntut pemerintah secara hukum atau melakukan aksi yang lebih dramatis,yakni melukai beruang-beruang mereka sendiri. Untuk menarik perhatian pemerintah, November lalu para peternak membawa beruang-beruang mereka yang terkurung ke pusat kota Seul serta ke sebuah tempat dekat dengan komplek pemerintahan yang ada di kota Sejong.
Kim mengatakan, para peternak saat ini sedang mempertimbangkan untuk membawa beruang-beruang mereka ke Sejong. Untuk menarik perhatian pemerintah, para peternak berniat mengisi satu kandang beruang dengan 20 ekor beruang agar beruang-beruang tersebut saling bertarung akibat ruangan yang sempit.
Korea Selatan adalah satu dari sedikit negara yang memperbolehkan peternakan beruang untuk diambil empedunya dan digunakan sebagai obat tradisional. Peternakan Beruang mulai ada di Korea Selatan sejak tahun 1980 an, sedangkan impor beruang mulai diperbolehkan sejak tahun 1981. Terkait peternakan beruang pejabat kementrian lingkungan Korea Selatan mengatakan tak ada dokumen resmi yang menunjukkan bahwa pemerintah telah mendorong adanya peternakan beruang.
asb/ap (ap,dpa)