1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Penegakan Hukum

Kisah Novel Baswedan: Diteror, Difitnah Lalu Dipolisikan

8 November 2019

Novel Baswedan masih menjadi sorotan. Menjadi ikon pemberantasan korupsi hingga diteror air keras, kini Novel malah dituding melakukan rekayasa atas serangan yang dideritanya.

https://p.dw.com/p/3SfYA
Indonesien Anti-Korruptionsermittler Novel Baswedan
Foto: picture-alliance/ANN/D. Setiawan

Semua bermula selepas subuh di wilayah Kelapa Gading, Jakarta Utara pada 11 April 2017. Novel yang baru saja menunaikan kewajibannya sebagai muslim berjalan kaki kembali ke kediamannya.

Tiba-tiba dari arah belakangnya ada dua orang yang berboncengan dengan sepeda motor memelankan laju mendekati Novel. Serta merta orang yang berada di jok belakang menyiramkan air keras ke wajah Novel. Mereka lantas kabur.

Novel yang menyadari bila cairan yang disiramkan ke wajahnya itu berbahaya langsung berlari ke arah masjid. Dia berniat membasuh wajahnya dengan air tetapi nahas malah membentur pohon lantaran Novel menutup wajahnya, khawatir cairan itu semakin memberikan efek kerusakan berlebih pada wajahnya.

Kisah ini berlanjut dengan berbagai perawatan yang harus dijalani Novel hingga harus ke Singapura. Sebab luka akibat siraman cairan itu merusak mata Novel.

Di sisi lain polisi berupaya mengusut siapa sebenarnya yang meneror Novel. Berbagai tim mulai dari tim gabungan hingga kini yang bekerja adalah tim teknis turun tangan. Namun hasilnya masih nihil.

"Doakan saja insyaallah kalau Tuhan rida. Kami akan segera mengungkap kasus ini," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Irjen M Iqbal pada awal bulan ini.

Video Novel viral

Namun kisah Novel ini malah diputarbalikkan. Masih pada awal bulan ini beredar video di media sosial yang menunjukkan Novel saat menjalani perawatan akibat penyiraman air keras itu. Video itu diviralkan dengan narasi mata kiri Novel baik-baik saja, seolah-olah tidak seperti orang yang terkena air keras.

Video itu di-posting oleh Akun Twitter @AdellaWibawa pada Senin (4/11/2019). "Mata novel baswedan saat baru ditayangin di NET TV 18 april 2017..!? dia kaget dg tiba2 kemunculan wartawan NET, liat matanya dan pipi mulus pdhl baru kasus penyiraman," tulis akun itu.

Dalam video yang dilihat detikcom, Selasa (5/11), terlihat Novel, yang memakai pakaian biru, menaiki kursi roda dan didorong seorang pria di sebuah rumah sakit. Kemudian ada seseorang menanyakan kondisi mata Novel. Video merupakan video milik NET TV, yang dipenggal kemudian diviralkan di media sosial.

Novel dipolisikan

Lantas setelahnya seorang kader PDIP bernama Dewi Ambarwati alias Dewi Tanjung melaporkan Novel ke polisi atas tuduhan penyebaran berita bohong penyiraman air keras. 

Dewi merasa janggal atas kebutaan yang dialami oleh Novel atas insiden penyiraman air keras. "Ada beberapa hal yang janggal dari semua hal yang dialami dari rekaman CCTV dia dari bentuk luka, dari perban, kepala yang diperban tapi tiba-tiba mata yang buta gitu kan," kata Dewi, Rabu (6/11).

"Saya orang seni, saya juga biasa beradegan. Orang kalau sakit itu tersiram air panas reaksinya tidak berdiri, tapi akan terduduk jatuh terguling-guling itu yang saya pelajari dan tidak ada di situ reaksi dia membawa air untuk disiramkan," jelas Dewi.

Dewi menyebut seharusnya Novel menyiramkan air mineral usai disiram air keras untuk menetralisir air keras itu, namun Novel tidak melakukan hal itu. Dia juga mencurigai luka yang diterima Novel. Menurutnya, seharusnya kulit Novel juga ikut terluka tidak hanya matanya saja. Saat berada di rumah sakit dia juga curiga karena mata Novel tidak diperban hanya wajahnya saja.

"Faktanya kulit Novel kan nggak apa-apa, hanya matanya. Yang lucunya kenapa hanya matanya sedangkan kelopaknya, ininya semua tidak (rusak)," kata Dewi. 

Novel sendiri sebenarnya tidak terlalu ambil pusing dengan tudingan Dewi. Novel menyebut ada kemungkinan Dewi mempunyai maksud lain terkait pelaporan itu.

"Saya nggak ngerti mesti tanggapi apa. Aneh memang orang ini," kata Novel kepada detikcom, Kamis (7/11/2019).

"Saya sih yakin kalau yang bersangkutan tahu kalau itu benar terjadi. Bisa jadi yang bersangkutan mau 'ngerjain' polisi," imbuh Novel.

Namun tim advokasi yang selama ini mendampingi Novel memberikan sikap yang lebih tegas. Alghiffari Aqsa--salah satu anggota tim itu--menyebut tuduhan Dewi adalah fitnah, bahkan akan mempolisikan balik Dewi.

"Akan mengambil langkah hukum baik perdata maupun pidana terkait dengan fitnah yang ditujukan kepada Novel Baswedan," ujar Alghiffari.

Selain itu dia turut meminta Polda Metro Jaya tidak melanjutkan proses hukum terhadap laporan Dewi. Dia menyebut laporan Dewi itu tidak jelas karena bertentangan dengan verifikasi pemeriksaan medis maupun penyelidikan dari kepolisian.

"Laporan politisi PDIP, Dewi Tanjung yang menyebut penyerangan NB (Novel Baswedan) adalah rekayasa adalah laporan yang tidak jelas atau ngawur, ini tindakan yang sudah mengarah pada fitnah dan merupakan tindakan di luar nalar dan rasa kemanusiaan," kata Alghiffari.

Lantas apa kata polisi?

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan bila laporan itu akan diproses. Malah Argo mengatakan bila tim penyelidik akan segera mengklarifikasi Novel.

"Nanti kelanjutannya kita akan panggil pelapor, saksi-saksi dan terlapor untuk kita mintai klarifikasi terkait laporan itu," kata Argo.

Di sisi lain Istana pun seolah memberi restu pada polisi. "Kalau komitmen pemerintah kan jelas, kalau tindakan yang melanggar hukum pasti akan mendapat sanksinya. Karena kami tegas, segala yang hukum positif akan kita tegakkan setegak-tegakkan," ujar Stafsus Presiden Fadjroel Rachman.

Kembali pada Alghiffari. Dia malah heran kenapa polisi memproses laporan itu, padahal polisi sendiri yang memiliki bukti bila peristiwa penyiraman air keras pada Novel benar adanya.

"Seharusnya kepolisian tinggal melihat berkasnya sendiri dan berkas tim gabungan yang dibentuk Kapolri. Dari sana jelas fakta hukum soal penyiraman (air keras) Novel," ucap Alghiffari.

"Wah nggak tau kalau itu. Timbul pertanyaan apa ini untuk menutupi kegagalan kepolisian ungkap pelaku kasus Novel?" imbuh Alghiffari.

ICW minta polisi abaikan laporan Dewi tanjung

Indonesia Corruption Watch (ICW) menanggapi laporan kader PDIP Dewi Tanjung soal tudingan penyiraman air keras Novel Baswedan rekayasa. ICW meminta agar polisi mengabaikan laporan Dewi dan fokus mencari pelaku.

"Kepolisian seharusnya memprioritaskan penanganan perkara kasus penyerangan terhadap NB. Sebab, laporan yang disampaikan oleh Dewi sebagai pelapor tidak ada urgensinya untuk ditangani," kata Peneliti ICW, Wana Alamsyah saat dihubungi, Kamis (7/11/2019) malam.

Wana meminta agar pelaporan Dewi Tanjung terkait rekayasa itu jangan sampai mengabaikan pencarian aktor penyerang Novel Baswedan. Dia juga menyebut pelaporan Dewi mengada-ngada.

"Jangan sampai laporan tersebut menggeser diskursus yang selama ini muncul ke publik, yaitu aktor penyerang NB. Argumentasi yang disampaikan oleh Dewi tidak masuk akal, bahkan mengada-ngada mengenai kejadian yang menimpa NB," ucap Wana.

Wana kemudian menjelaskan argumentasi NB tidak menyiram air mineral setelah kejadian salah besar. Menurutnya sesaat setelah kejadian, Novel Baswedan langsung mencuci mukanya menggunakan air wudhu. Novel juga disebut sempat menabrak pohon nangka selepas kejadian.

"Misal, argumentasi dia mengenai NB tidak menyiram air mineral usai disiram air keras. Faktanya Ia langsung pergi ke tempat wudhu untuk membasuh mukanya. Malah ketika Ia pergi, Ia sempat menabrak pohon nangka sehingga keningnya benjol," paparnya.

Lebih lanjut, Wana mengatakan polisi juga sudah membenarkan Novel disiram cairan asam sulfat (H2SO4). Karena itu, Wana menyayangkan sikap Dewi yang seharusnya mendorong Kepolisian menyelesaikan kasus NB.

"Harusnya yang dia lakukan adalah mendorong kepolisian untuk segera menyelesaikan kasus NB sehingga pelakunya dapat ditangkap," ungkap Wana. (Ed: gtp/rap)

 

Baca artikel selengkapnya di : DetikNews

Kisah Novel Baswedan: Diteror, Difitnah Lalu Dipolisikan

ICW Minta Polisi Abaikan Laporan Dewi Tanjung: Ungkap Teror Air Keras ke Novel