Kim Kurniawan: Mustahil Main Bola Pakai Masker
28 April 2020Kompetisi sepak bola Liga Jerman Bundesligayang sebelumnya terhenti akibat pandemi COVID-19, direncanakan untuk kembali bergulir pada 9 Mei mendatang. Namun, rencana yang telah menuai banyak perdebatan ini masih menunggu keputusan pejabat pemerintah berwenang.
Salah satunya perdebatan yang muncul adalah tentang rekomendasi yang dituliskan dalam draf Kementerian Federal Tenaga Kerja Jerman, tentang panduan kesehatan yang menyebut pemain bola untuk menggunakan masker saat bertanding.
Menanggapi hal itu, pesepak bola Indonesia keturunan Jerman Kim Kurniawan menilai rencana tersebut tidak masuk akal untuk dilakukan.
‘’Kayak-nya sih susah, tadi pun saya lihat ada pemain profesional Jerman Dennis Aogo mencoba untuk main sepak bola dengan masker dan katanya bisa dibilang mustahil, jadi memang sulit,’’ ujar Kim.
Kim menjelaskan dalam keadaan normal, seperti ketika orang pergi ke luar rumah dengan menggunakan masker saja akan kesulitan bernapas apalagi sambil bermain bola. Ia menyebut perlu ada aturan lebih jelas tentang ini, salah satunya tentang apakah ada penggunaan masker khusus. Ia pun menambahkan sulitnya untuk mengganti masker secara berkala selama pertandingan dan adanya imbauan untuk tidak boleh menyentuh masker selama pertandingan.
‘’Mending mereka tes semua pemain dulu, apakah semua pemain termasuk official negatif kan berarti tidak ada yang bisa dapat menularkan virusnya,’’ ujarnya.
Tetap menjaga kebugaran di masa pandemi
Ambassador Bundesliga ini menjelaskan bahwa pertandingan liga sepak bola di Indonesia juga telah dihentikan sementara imbas pandemi COVID-19. Menurut informasi terbaru yang ia dapatkan, latihan bersama-sama secara klub baru akan dimulai kembali pada awal Juni mendatang. Ia mengaku mulai bosan latihan secara mandiri dibandingkan dengan secara bersama-sama kawan satu klub.
‘‘Saya dan teman-teman tetap latihan, dapat arahan dari pelatih. Tapi tetap berbeda latihan sendiri dengan tim. Lebih dari sebulan mulai membosankan latihan sendiri dibandingkan dengan teman-teman di lapangan,‘‘ katanya.
Pesepak bola yang hampir lima tahun bergabung dengan klub sepak bola PERSIB ini menuturkan kerinduannya untuk kembali merumput. Ia juga merindukan atmosfer stadion dengan gemuruh teriakan suporter.
‘‘Bukan hanya saya yang merindu bobotoh, saya rasa juga bobotoh pasti rindu melihat atmosfer pertandingan. Jadi bukan hanya pemain yang kangen bola, kangen suporternya, tapi suporternya pasti juga kangen ada hiburan sepak bola,‘‘ sebutnya.
Wujudkan cita-citanya lewat klub sepak bola Indonesia
Pemain bernomor punggung 23 ini mengawali karir sepak bolanya Indonesia bersama PERSEMA Malang. Karir sepak bolanya di Jerman berakhir ketika ia berumur 18 tahun dan mengalami cedera cukup parah. Ia mulai bermain sepak bola secara amatir, hingga akhirnya ‘‘dipinang‘‘ oleh pelatih PERSEMA Malang kala itu, Timo Scheunemann.
‘‘Baru dari situ kepikiran ‘oh kenapa enggak coba, kan dari dulu cita-citanya ingin jadi pemain sepak bola profesional‘. Di Jerman tidak lanjut, ya sudah coba di Indonesia apalagi ada keturunan pemain bola juga papa saya orang Indonesia, jadi ada darah indonesianya,‘‘ ujarnya.
Kim mengatakan kompetisi sepak bola di Jerman dilakukan sangat teratur dan profesional. Menurutnya sistem liga Jerman lebih terorganisir dibandingkan dengan di Asia.
‘‘Jadi club ‘kampung‘ pun punya dua tim, punya usia muda juga ada usia enam sampai 19 tahun. Jadi setiap kota kecil pun ada klubnya ikut kompetisi jadi sistem kompetisi di Jerman luar biasa,‘‘ tambahnya.
Tetap mencari kabar terbaru seputar penanganan corona di Jerman
Pemain sepak bola berumur 30 tahun ini menceritakan bahwa ayah, ibu dan adiknya kini masih tinggal di Jerman. Selain terus mencari tahu seputar Bundesliga, Kim mencari tahu kabar terbaru soal penanganan virus corona di Jerman.
Ia menilai Jerman sebagai salah satu negara yang sukses menangani pandemi. Menurutnya meski angka kasus yang dikonfirmasi positif COVID-19 di Jerman tinggi, namun jumlah kematiannya rendah. Di Indonesia, Kim menyebut langkah pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) perlu diikuti dengan kesadaran masyarakat untuk menaati aturan tersebut.
‘’Penting sekali walaupun tidak merasa sakit untuk tetap jaga keberihan dan tetap kalau bisa stay di rumah karena kalau tidak bisa membahayakan untuk yang lain,’’ sebutnya.
Ia menambahkan bila semua orang taat dan patuh akan aturan ini, bukan tidak mungkin pertandingan bola bisa segera diberlakukan dalam waktu dekat. Sebagai pesebak bola, menurutnya pertandingan yang tidak dihadiri oleh suporter tidak akan menyenangkan.
‘’Tapi balik lagi, menurut saya harus liat situasi juga. Apakah kita memilih tidak ada pertandingan sepak bola, apakah tidak ada sepak bola untuk beberapa bulan karena orang tidak bisa datang ke stadion atau tetap ada sepak bola tanpa penonton dalam stadion kosong. Ini kan soal pilihan,’’ jelasnya.
Meski tanpa kehadiran penonton akan membuat jalannya pertandingan menjadi kurang seru, namun ia memilih untuk tetap diadakannya pertandingan. Ia menambahkan, ‘’daripada tidak ada sepak bola sama sekali menurut saya lebih baik main bola di stadion kosong.’’ Menurutnya, suporter tetap bisa menyaksikan pertandingan tersebut di televisi. (pkp/vlz)