Kilas 2018: Nestapa Indonesia di Tahun Bencana
Sepanjang tahun 2018 Indonesia setidaknya dilanda lima bencana dan tragedi yang menelan ratusan hingga ribuan korban jiwa. Tsunami di Selat Sunda adalah bencana terakhir yang menutup tahun duka.
Tsunami Selat Sunda
Tanpa adanya peringatan dini, gelombang tsunami menghantam pesisir Banten dan Lampung pada malam 22 Desember. Lebih dari 280 orang dinyatakan meninggal dunia. Letusan gunung Anak Krakatau yang memicu longsor bawah laut diyakini sebagai penyebab gelombang maut tersebut. Bencana ini melengkapi nestapa yang dialami Indonesia selama 2018.
Kecelakaan Lion Air
Tak usai dirundung bencana alam, Indonesia ikut ditimpa kecelakaan penerbangan. Pesawat Lion Air bernomor penerbangan JT610 jatuh ke laut Jawa setelah lepas landas dari Jakarta, 29 Oktober. Sebanyak 189 penumpang dan kru kapal meninggal dunia. Dalam kesimpulan awal, Komisi Nasional Keselamatan Transportasi menyebut Boeing 737 Max mengalami kerusakan sensor yang berakibat jatuhnya pesawat.
Gempa Bumi dan Tsunami Palu
Gempa Bumi berkekuatan 7,5 skala Richter yang menghantam Palu, Sulawesi Tengah, pada September silam ikut memicu gelombang tsunami. Angka korban jiwa tercatat 2.000 orang, namun bisa membengkak menjadi 5.000 orang lantaran banyaknya korban yang tertimbun tanah menyusul fenomena likuifaksi pasca gempa bumi. Pemerintah menaksir kerugian yang tercipta mencapai Rp. 16 triliun.
Gempa Bumi Lombok
Lebih dari 500 orang meninggal dunia dan 1.000 mengalami luka-luka ketika serangkaian gempa bumi mengguncang Lombok antara 29 Juli hingga akhir Agustus silam. Akibatnya 417.000 penduduk terpaksa mengungsi dari kediaman sendiri. Adalah dua gempa bumi yang masing-masing berkekuatan 6,4 dan 6,7 pada skala Richter yang menimbulkan kerusakan terbesar. Total kerugian ditaksir mencapai Rp. 12 triliun.
Karamnya Feri di Danau Toba
Hampir 170 orang menghilang dan diyakini meninggal dunia akibat karamnya kapal feri di Danau Toba, 19 Juni. Para korban gagal menyelamatkan diri lantaran terperangkap di tubuh kapal. Karamnya KM Sinar Bangun ditengarai akibat kelebihan muatan. Namun ketiadaan manifes mempersulit kepastian jumlah penumpang dan kendaraan yang terangkut saat pelayaran. (rzn/ap: dari berbagai sumber)