Kiat Mengurangi Emisi Karbon Pertanian
Emisi karbon tahunan dari pertanian global dapat ditekan hingga sebanyak 90 persen pada tahun 2030, atau setara dengan menghilangkan seluruh kendaraan bermotor dari muka bumi. Berikut 10 strategi yang dianjurkan.
Mengubah Kebiasaan Makan
Laporan terbaru Climate Focus dan Asosiasi Lingkungan Kalifornia menyebut kiat terpenting dalam mitigasi produksi karbon pertanian adalah mengurangi konsumsi daging merah dan produk susu, karena pemamah biak mempunyai jejak karbon yang cukup tinggi. Laporan tersebut menganjurkan pengurangan konsumsi daging sebagai alternatif rendah karbon untuk semua negara.
Menggalakkan Arang Hayati
'Biochar' atau arang hayati kini tengah dijajaki sebagai perangkap karbon untuk mengurangi emisi karbondioksida. Arang hayati juga dapat ditanam untuk meningkatkan kesuburan dan produktivitas pertanian. Seperti arang biasa, biochar diciptakan dengan membakar biomassa tanpa oksigen. Apabila marak digunakan pada lahan pertanian, potensi pemerangkapan karbon oleh bumi dapat ditingkatkan.
Menekan Metana Sapi
Gas metana yang dihasilkan sapi melalui proses fermentasi dalam pencernaan, mengakibatkan kerusakan pada atmosfer. Dengan memperbaiki kualitas pangan pada lahan penggembalaan, atau pakan ternak yang diproduksi pabrik, maka produksi daging dan produk susu akan memerlukan lebih sedikit hewan ternak, dan otomatis mengurangi emisi metana.
Berhenti Menghamburkan Makanan
Pada sektor energi dan transportasi, banyak upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi berbagai sistem. Namun sebaliknya, bisnis produksi makanan internasional justru sangat tidak efisien, menurut laporan. Di banyak negara, kehilangan pasca panen dan penghamburan makanan oleh konsumen sepanjang rantai suplai mencapai 30 persen lebih dari total produksi.
Tingkatkan Pemerangkapan Karbon
Potensi penyimpanan karbon pada lahan penggembalaan adalah salah satu bidang yang belum banyak dijamah dalam mitigasi karbon pertanian, namun berpotensi besar, demikian menurut Organisasi Pangan dan Pertanian FAO. Pakar mengatakan bahwa dengan rehabilitasi lahan penggembalaan di Brasil, Cina dan Kenya, lahan yang selama ini salah penanganan dapat menyerap lebih banyak karbon dan mengurangi CO2.
Efisiensi Pemupukan
Menurut laporan, Cina dan India adalah dua negara yang mengeksploitasi pemakaian pupuk sintetis. Amerika Serikat cukup efisien dalam hal input pupuk untuk setiap unit output, namun banyak lahan pertanian yang dapat diperbaiki terkait aplikasi gizi tanaman. Produksi pupuk sintetis secara berlebihan dari produk olahan industri minyak bumi menciptakan karbondioksida dalam jumlah besar.
Kurangi Emisi Kotoran Ternak
Produk akhir kotoran ternak yang membusuk adalah metana dan karbondioksida, keduanya merusak atmosfer. Laporan Climate Focus dan Asosiasi Lingkungan Kalifornia menemukan bahwa praktik mitigasi berbiaya rendah dalam mengelola kotoran ternak tersedia, namun alternatif terbaik sangat mahal dan tidak meningkatkan produktivitas peternakan. Uni Eropa, Amerika dan Cina adalah pengemisi terbesar.
Perbaiki Industri Produksi Pupuk
Di Cina, emisi industri produksi pupuk tergolong tinggi karena batubara dipakai sebagai bahan baku dan pabrik yang memproduksi sudah sangat tua dan tidak efisien. Laporan ini merekomendasikan pengurangan besar-besaran jejak karbon dapat tercapai dalam jangka panjang dengan investasi peralatan baru dan konsolidasi industri.
Berhenti Makan Nasi?
Beras mempunyai salah satu jejak karbon tertinggi di antara tanaman pangan lainnya karena metana yang dihasilkan dari budidaya dalam sistem basah. Memperbaiki manajemen batang padi dan mengeringkan sawah secara reguler dapat mengurangi emisi secara signifikan.
Pemerangkapan Karbon dengan Wanatani
Metode lain pemerangkapan karbon adalah agroforestry atau wanatani, yakni kombinasi pohon dan semak dengan tanaman pangan. Sistem ini terutama menguntungkan bagi wilayah lembab atau dataran tinggi tropis karena pohon memberi keteduhan dan sejumlah keuntungan lain. Namun data potensi pemerangkapan karbon dengan wanatani masih terbatas, menurut laporan.