Kaitan NATO Dalam Tragedi Pengungsi Libya
25 April 2012Sidang parlemen Dewan Eropa menganggap NATO turut bersalah dalam insiden di Laut Tengah tahun lalu yang menewaskan 63 orang. Ini tuduhan berat. NATO tidak meneruskan sinyal darurat dari pemerintah Italia ke kapal-kapal NATO yang saat itu bertugas di pesisir Libya. Menurut "sumber terpercaya", setidaknya dua dari kapal aliansi NATO berada di dekat kapal pengungsi. Tidak ada satupun yang memenuhi tugas melakukan penyelamatan laut dalam keadaan darurat.
Tidak ada makanan dan minuman
Menurut penyelidikan Dewan Eropa, para pengungsi berangkat dari ibukota Libya Tripolis Maret 2011. 50 pria, 20 perempuan dan dua bayi. Mereka dibawa ke kapal oleh kelompok terorganisir. Agar kapal bisa memuat lebih banyak orang, sebagian besar bekal makanan dan air diambil dari mereka. Setelah 18 jam, hampir tidak ada bekal yang tersisa. Melalui telepon satelit, "kapten" kapal melakukan seruan darurat memintab pertolongan. Pusat darurat laut Italia menemukan lokasi kapal dan menginformasikan beberapa kali melalui radio kepada kapal di wilayah laut tersebut.
Puluhan pengungsi tewas
Mereka yang selamat bercerita, beberapa jam kemudian datang helikopter militer yang melemparkan botol air dan kue kering ke kapal. Beberapa hari kemudian, kapal perang besar mendekati kapal pengungsi. Saat itu lebih dari setengah jumlah pengungsi tidak lagi bernyawa. Awak kapal dikatakan mengamati dengan teleskop dan memotret. Tetapi kapal perang itu tidak bereaksi atas sinyal darurat dan beranjak pergi.
15 hari setelah keberangkatannya, kapal pengungsi dibawa ombak ke pesisir Libya. Polisi menahan 10 pengungsi yang selamat. Satu diantaranya meninggal dalam tahanan, karena tidak mendapat bantuan medis yang cukup. Sembilan lainnya dibebaskan dan melarikan diri dari Libya.
"Kecelakaan tragis"
Tineke Strik yang menyampaikan laporan penyelidikan kepada sidang parlemen Dewan Eropa, menuntut NATO untuk menyelidiki kasus tersebut. Pihak yang harus diidentifikasi khususnya helikopter yang menurut keterangan saksi mata melempar bahan pangan dan tidak kembali lagi. Begitu juga kapal perang yang tidak bereaksi atas sinyal darurat. NATO dan pemerintahan di Eropa harus membenahi kekurangan komunikasi antara pusat penyelamatan darurat laut dan aliansi.
NATO akan menanggapi semua saran secara serius. Namun, sekjen Anders Fogh Rasmussen menolak mengakui bertanggung jawab atas tragedi tersebut. Kepada Parlemen Eropa di Brussel, ia mengatakan, apa yang terjadi adalah "kecelakaan tragis" dan akibat serangkaian situasi yang buruk. NATO tidak tahu menahu mengenai helikopter dan kapal perang yang dikatakan berada dekat kapal para pengungsi.
Vidi Legowo-Zipperer (afp, dpa, ap)