Jumlah Penderita Lapar Terus Bertambah
14 Oktober 2008Jumlah penderita kelaparan di dunia terus bertambah. Terutama di Afrika, wilayah selatan Sahara kondisinya sama sekali tidak berubah. Demikian dalam laporan Indeks Kelaparan 2008 yang dikeluarkan oleh lembaga Riset Kebijakan Pangan Internasional (IFPRI) di Washington, bersama dengan organisasi Bantuan Kelaparan Jerman di Berlin. Laporan itu bertumpu pada data-data dari organisasi pangan PBB dari 88 negara.
Bagi orang-orang termiskin di dunia, tahun 2008 ini tidak membawa perbaikan. Demikian dikemukakan Joachim von Braun, direktur jendral International Food Policy Research Institute IFPRI di Washington. Di banyak negara memang terdapat kemajuan dalam upaya menanggulangi kelaparan, misalnya di Peru, Brazil dan Vietnam. Tetapi secara keseluruhan jumlah penderita lapar di dunia lebih banyak dari pada tahun 2007. Beberapa negara, seperti Afghanistan, Irak dan Somalia juga tidak terdata dalam indeks tersebut, karena tidak ada statistik yang dapat diandalkan. Organisasi Pangan Dunia WFP mencatat 925 juta orang.
Joachim von Braun mengemukakan: "Untuk tahun 2008 belum ada prakiraan, tetapi diduga ada pertambahan 75 juta, karena bagi yang termiskin di dunia, tahun 2008 merupakan tahun yang buruk."
Kenaikan harga bahan pangan merupakan salah satu faktor dari memburuknya kondisi, yang terutama memukul benua Afrika, khususnya negara-negara di selatan Sahara. Juru kunci pada indeks kelaparan 2008 adalah Republik Demokrasi Kongo, diikuti dengan Eritrea dan Burundi. Dua per tiga penderita lapar hidup di pedesaan, tetapi potensi pertanian di sana sering tidak dimanfaatkan. Oleh sebab itu menurut Joachim von Braun, bantuan bagi para petani kecil harus ditingkatkan:
"Kita harus menginvestasi lebih banyak dalam hal inovasi pertanian di negara-negara berkembang, yang benar-benar dinikmati oleh para petani kecil. Infrastruktur dan akses ke pasar harus ditingkatkan. Dalam krisis pertanian dan pangan awal tahun ini para petani sulit memperoleh pupuk dan benih yang baik. Disinilah bantuan harus diberikan."
Krisis moneter saat ini membawa sedikit kelegaan bagi negara-negara termiskin, karena berkurangnya permintaan dan harga-harga di bidang pertanian melunak. Tetapi itu hanya satu faktor. Kata Joachim von Braun selanjutnya: "Aspek kedua dari krisis keuangan adalah, bahwa sekarang semakin sulit untuk memobilisasi modal jangka panjang yang diperlukan di bidang pertanian dan infrastruktur pedesaan di negara-negara berkembang."
Bantuan pembangunan yang diberikan pemerintah Jerman hanyalah secuil dari dana yang kini disediakan untuk menyelamatkan sistem keuangan. Ingeborg Schäuble, ketua organisasi Bantuan Kelaparan Jerman melancarkan kritik: "Hampir satu milyar manusia yang kelaparan, merupakan aib kemanusiaan. Dan berbeda dengan bank, penderitaan mereka bukanlah kesalahan mereka sendiri."
Ingeborg Schäuble mengimbau, setiap tahunnya negara-negara kaya sepatutnya menginvestasi sekurangnya 10 milyar Euro lebih banyak untuk bidang pertanian di negara-negara miskin. Selain itu harus diciptakan pula persyaratan perdagangan yang lebih adil. Singkat kata, kini harus dibuat paket penyelamatan untuk menanggulangi kelaparan. (dgl)