IS Rebut Pangkalan Udara Suriah
25 Agustus 2014Kantor berita SANA juga membenarkan bahwa pemerintah telah kehilangan basis pangkalan udara mereka, meski mengatakan bahwa para tentara ”berhasil menyusun barisan setelah memindahkan bandara dan melanjutkan serangan tepat di berbagai wilayah teroris.”
Pertempuran memperebutkan pangkalan udara menewaskan sedikitnya 346 ekstrimis dan membuat ratusan lainnya terluka sejak kelompok yang sebelumnya dikenal bernama ISIS melancarkan serangan Selasa pekan lalu, demikian menurut Syrian Observatory for Human Rights. Lembaga itu juga menyatakan, pada hari Minggu lalu saja, lebih dari 170 pasukan pemerintah tewas. Ada laporan lainnya yang menyebutkan bahwa 150 prajurit Suriah ditangkap oleh ISIS.
Lapangan udara – yang merupakan basis bagi beberapa skuadron tempur, helikopter, tank, artileri, dan bunker amunisi – berlokasi sekitar 45 kilometer dari basis para ekstrimis di kota Raqqa di pinggir sungai Efrat.
Tabqa adalah tempat terakhir yang jatuh ke tangan IS seiring langkah ofensif mereka memperluas wilayah apa yang mereka sebut sebagai kekhalifahan Islam yang melintas batas Suriah-Irak.
Tekanan terus menerus di Suriah, serta serangan-serangan kilat di seluruh Irak sejak Juni, telah membuat mereka bisa menguasai hamparan wilayah dari perbatasan utara Suriah dengan Turki dan semakin mendekati ibukota Irak, Baghdad.
Kelompok militan ini berhasil menaklukkan lawan-lawannya antara lain berkat senjata dan kendaraan lapis baja modern yang mereka rebut dari pasukan Irak yang melarikan diri ketakutan serta kesuksesan mereka dalam melakukan perekrutan militan dari berbagai negara dunia. (Baca: Lima Rahasia Kekuatan IS)
Upaya regional melawan IS
Pada hari Minggu, para menteri luar negeri Arab bertemu di Arab Saudi untuk mendiskusikan bangkitnya IS. Kantor berita Saudi, SPA mengatakan pertemuan itu dihadiri para menlu dari Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar serta seorang penasihat menlu Yordania.
Para menteri itu sepakat “perlunya bekerja serius untuk menangani krisis dan tantangan ini untuk menciptakan keamanan dan stabilitas di negara-negara Arab,“ kata kantor berita tersebut.
Sementara itu, Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi menggelar pembicaraan dengan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif yang berkunjung ke negara itu untuk mendapatkan dukungan dari negara tetangga Syiah itu dalam menghadapi para militan Sunni. Dalam pertemuan itu, Iran menyatakan tidak punya niat untuk mengirimkan tentara mereka ke Irak.
ab/hp (dpa,ap,rtr)