Inggris Laksanakan Pemilu Parlemen Pasca Serangan Teror
8 Juni 2017Puluhan ribu Tempat Pemungutan Suara dibuka sejak jam 7 pagi sampai jam 10 malam pada hari Kamis (8/6) untuk memberikan kesempatan kepada pemilih menentukan 650 anggota parlemen di Majelis Rendah Inggris, House of Commons.
Perdana Menteri Theresa May memutuskan untuk melakukan pemilu dini dengan harapan dapat meningkatkan perolehan kursi Partai Konservatif dan memperkuat posisinya dalam perundingan Inggris dengan Uni Eropa (Brexit).
Namun kampanye ternyata tidak berjalan sesuai rencana karena diganggu rangkaian serangan teror, yang terakhir hari Sabtu malam di London Bridge. Kampanye pemilu segara berubah menjadi debat soal keamanan nasional.
PM Theresa May dikritik pimpinan oposisi Jeremy Corbyn, karena selama enam tahun terakhir dia menjabat sebagai menteri dalam negeri Inggris, dia melaksanakan program penghematan dan penyusutan aparat kepolisian.
Menurut data Institute for Fiscal Studies, antara 2009-2016 jumlah petugas polisi turun hampir 20.000 orang, atau sekitar 14 persen. Karena itu, pemimpin oposisi Jeremy Corbyn minta agar PM Theresa May mengundurkan diri.
May mengatakan kubu konservatif akan membangun "Inggris yang lebih kuat, lebih adil dan lebih makmur," sementara pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn menyatakan dia akan melayani kepentingan orang banyak, bukan yang sedikit kalangan elit.
Corbyn mengimbau pemilih untuk menyelamatkan layanan kesehatan nasional, yang telah mengalami pemotongan dan privatisasi dalam beberapa tahun terakhir.
"Buruh akan membangun Inggris yang bekerja untuk orang banyak, bukan yang sedikit," kata Corbyn. Dia menambahkan, pemilihan hari ini adalah "yang terpenting dalam satu generasi."
Jajak pendapat terakhir menjelang pemungutan suara menunjukkan bahwa Partai Buruh mampu mempersempit keunggulan Partai Konservatif, sekalipun Theresa May diperkirakan masih tetap akan memimpin Inggris.
Tingkat partisipasi pemilih diharapkan mencapai sekitar 65 persen, atau 30 juta pemilih.
hp/vlz (dpa, ap)