1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Bencana

Gempa M 6,9 Banten Telan 4 Korban Jiwa

3 Agustus 2019

BNPB merilis data korban jiwa gempa berkekuatan 6,9 magnitude yang terjadi pada Jumat (02/08) di Banten. Pada kesempatan lain BMKG juga mengingatkan soal ancaman Sunda megathrust.

https://p.dw.com/p/3NHJf
Indonesien Erdbeben in Banten
Foto: Reuters/Antara Foto/A. Fathulrahman

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meng-update data korban jiwa setelah terjadi gempa M 6,9 di Banten. Saat ini tercatat empat orang meninggal dunia.

"4 orang meninggal dunia," tulis akun Twitter resmi BNPB, Sabtu (3/8/2019).

Akun BNPB mengunggah informasi terkait data korban jiwa pada pukul 13.59 WIB. Data korban jiwa yakni dua warga Kabupaten Lebak dan dua warga Kabupaten Sukabumi.

"2 org di Kab. Lebak (a.n Rasinah (48) karena serangan jantung & Salam (95) karena kelelahan ketika dievakuasi. 2 org di Kab. Sukabumi (a.n H. Ajay (58) di Kec. Cisolok dan Bpk Ruyani (35) di Kec. Waliuran)," tulis akun BPNB lagi.

Sebagai info tambahan dari Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita, nantinya para ahli waris akan mendapat santunan dari pemerintah. Santunan tersebut bernilai Rp 15 juta.

Kepala BNPB Letjen Doni Monardo menyebut ada 200 bangunan yang rusak akibat gempa. Meski demikian, Doni menjelaskan sebagian masyarakat yang sempat mengungsi sudah kembali ke rumah masih-masing. Termasuk 1.000 warga di Lampung yang mengungsi pascagempa.

Ancaman nyata dari Sunda Megathrust

Sementara itu pada kesempatan lain Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan soal ancaman Sunda megathrust. BMKG menyebut megathrust adalah ancaman yang nyata.

"Ancaman Sunda megathrust adalah sebuah ancaman riil bahwa itu sebuah ancaman nyata di sepanjang pantai barat Sumatera," ujar Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Rahmat Triyono di kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (3/8/2019).

Rahmat menyebut gempa megathrust diprediksi berjarak 200-250 km di laut lepas. Tidak hanya di Selat Sunda, gempa itu juga diprediksi bisa merambat ke Laut Jawa, Bali, hingga sisi utara Papua dengan jarak yang sama.

Potensi Tsunami

"Dari pantai Sumatera mungkin jaraknya sekitar 200-250 km di laut lepas. Kemudian di Laut Jawa jaraknya juga sekitar sama dan menerus sampai ke Bali sampe ke arah timur, kemudian ada di sisi utara Papua, dan itu ada juga dari sumber tumbukan pasifik ya, yang tadi saya sebutkan di awal lempeng Eurasia dan Indo-Australia," ucapnya.

Rahmat mengatakan gempa megathrust bisa saja menimbulkan potensi tsunami. Dia menegaskan sampai saat ini megathrust itu belum bisa diprediksi kapan terjadi.

"Itu adalah ancaman riil, ancaman nyata yang bisa terjadi dan kalau itu kekuatannya besar dan sumber gempanya dangkal, tentunya bisa segitu memungkinkan terjadinya tsunami," katanya.

Warga untuk selalu siaga

Dia mengingatkan warga di sepanjang jalur pertemuan tektonik untuk selalu siaga. Apalagi, kata Rahmat, belum ada teknologi untuk memprediksi kapan terjadinya gempa.

"Sehingga masyarakat di sepanjang jalur pertemuan lempeng tektonik, itu selalu siaga karena memang sebuah ancaman yang riil dan sampai hari ini belum ada teknologi apa pun yang mampu memprediksi gempa terjadi. Sehingga dimohon kebijaksanaan masyarakat memahami bencana di daerah masing-masing," tuturnya.

(Ed: yp)

 

Baca selengkapnya artikel dari (detiknews)

BNPB Update Korban Jiwa Gempa M 6,9 Banten: 4 Orang Meninggal Dunia

BMKG Ingatkan Ancaman Nyata Sunda Megathrust