Forum Anti Globalisasi di Mulut Amazon
29 Januari 2009Forum Ekonomi Dunia di Davos Swiss berlangsung di tengah salju, dihadiri puluhan kepala negara dan ribuan pelaku bisnis, dengan penjagaan super ketat. Lain lagi Forum Sosial Dunia, acara tandingannya yang berlangsung di Belem, Brazil.
Berlangsung dari 27 Januari hingga 1 Februari, acara ini meliputi sekitar 2.400 kegiatan melibatkan tak kurang dari 120 ribu orang dari berbagai penjuru dunia. Para peserta teruitama adalah para aktivis dari ratusan organisasi non pemerintah, serta terutama para anggota masyarakat adat. Khususnya berbagai suku Indian yang tinggal di pedalaman hutan Amazon, serta para anggota berbagai suku adat Afrika, yang lingkungan hidup mereka juga terancam oleh penjarahan hutan.
Bukan kebetulan, Forum Sosial Dunia kali ini dilangsungkan di kota Belem yang terletak di hilir sungai Amazon, Brasil. Amazon merupakan bukti nyata dari bagaiman kekuatan modal global menciptakan kerusakan dahsyat kawasan Amazon yang menjadi paru-paru dunia, dan rumah bagi berbagai suku asli indian.
Bekuwi, pemimpin suku Povos Kaiapò, menggambarkan, mengapa ia, bersama puluhan ribu orang suku Indian lain sengaja datang ke forum ini:
"Kami datang untuk menunjukan kebudayaan dan tradisi kami. Kami juga ingin menunjukan musik dan bangsa kami, agar tradisi kami tidak dilupakan. Kami adalah pemilik sebenarnya dari tanah ini. Warga Indian adalah jantung kehidupan Brasil. Kami menggugat para penjarah hutan. Kami datang untuk menunjukan betapa parahnya pemusnahan hutan Amazon, dan betapa burknya dampaknya bagi kami."
Salah satu ungkapan utama di Forum ini adalah, "selamatkan hutan, bukan bank". Merujuk pada paket ekonomi besar-besaran dari sejumlah negara-negara kuat, untuk menyelamatkan sistem perbnankan mereka yang ambruk, dengan dana raksasa. PAdahal perhatian terhadap hutan-hutan dunia yang hancur dipandang hanya sekadar pada tingkat retorika belaka.
Hadir juga sejumlah pemimpin Amerika latin berhaluan kiri. Termasuk presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva. Ini memang merupakan ajang khusus kaum kiri dan aktivis penentang globalisasi, selain kaum masyarakat adat yang terpinggirkan oleh pembangunan. Diselenggarakan untuk kesembilan. kalinya sejak 2001, forum ini mengusung moto abadi, Another World is Possible, atau Bentuk Dunia Lain itu Mungkin. Merupakan versi tandingan terhadap forum ekonomi dunia yang dituding sebagai ajang kekuatan-kekuatan kapitalis mapan dunia untuk makin mengeratkan cengkeramannya di seluruh dunia.
Krisis keuangan yang menghantam dunia belakangan, bagai menjadi energi baru untuk Forum ini. Karena seakan membuktikan bahwa asumsi-asumsi mereka selama ini benar. Namun apa yang bisa disumbangkan forum ini? Francois Houtart seorang Belgia yang merupakan aktivis militan Forus Sosial Dunia mengatakan:
"Sumbangan forum ini, pertama melakukan telaah yang baik mengenai krisis. Bukan cuma sektor keuangan. Tapi juga krisis energi, pangan, iklim, sosial dan lain-lain. Karena kita mengalami suatu krisis peradaban. Yang membutuhkan perubahan model pembangunan. Yang kedua mencoba menggali alternatif nyata. Yang bukan sekadar penataan kembali sistem. Karena kita benar-benar butuh suatu alternatif yang sepenuhnya baru. Lalu bagaimana menggerakan dan menggalang dukungan untuk itu. Ini tugas besar. Karena masalahnya, kita mengahadapi suatu krisis kapitalisme, namun hanya memiliki perjuangan kelas yang yangat sedikit. Maka upaya menggalang suatu perjuangan kelas, dan lebih luas lagi, perjuangan para korban sistem, merupakan suatu tugas fundamental".
Yang juga menarik dari forum sosial dunia kali ini adalah munculnya semacam optimisme baru, yang langka, pada sebagian aktivis. Yakni menyangkut terpilihnya Barack Obama sebagai presiden. Kendati banyak juga yang bersikap skeptis, sebagian aktivis menganggap, Obama menunjukan sikap baru yang bersahabat, yang bisa memberi arti bagi moto Another World is Possible. Bahkan motto kampanye Obama, Yes We Can, juga bertebaran di berbagai ajang Forum ini. (gg)