Eropa Krisis Kepemimpinan
8 September 2010Pidato pertama ketua komisi Uni Eropa Jose Manuel Barroso mengenai situasi Uni Eropa di depan Parlemen Eropa di Strassburg menjadi topik komentar dalam tajuk sejumlah harian internasional. Harian Swiss Tages-Anzeiger dalam tajuknya berkomentar, Parlemen Eropa bukanlah Kongres seperti di AS yang dapat mendesak presiden untuk menyampaikan pidato pertanggung jawabannya. Juga Barroso bukan Obama. Tapi penampilan seperti layaknya seorang presiden di depan Parlemen Eropa adalah bagian dari strategi komunikasi jangka panjang Barroso. Bagian public relationnya mendapat tugas agar lebih menonjolkan Barroso di latar depan, dan menciptakan sosok personifikasi yang lebih kuat dari politik Brussel yang selama ini amat abstrak. Barroso juga harus memberikan kesan kepada presiden baru dewan Uni Eropa, Herman Van Rompuy bahwa sebagai koordinator pemerintahan nasional di Brussel, ia memiliki struktur kekuasaan dan posisi yang lebih kuat.
Harian Luxemburg Luxemburger Wort berkomentar, tata caranya direkayasa amat mirip dengan di AS. Seperti pidato presiden mengenai situasi nasional di depan Kongres. Apa yang disampaikan ketua komisi Uni Eropa di depan Parlemen Eropa, juga hendak memaparkan daftar permasalahan dan rancangan tindakan di bulan-bulan mendatang. Pidato Jose Manuel Barroso mirip pidato Barack Obama mengenai cara untuk kembali mendorong pertumbuhan ekonomi, memerangi pengangguran serta mengurangi utang negara. Kehadiran ketua dewan Uni Eropa saat ini, Yves Leterme dan presiden dewan Eropa, Herman van Rompuy dalam acara tsb memberikan bobot tambahan pada pidato mengenai haluan Uni Eropa yang disampaikan Barroso.
Harian Jerman Tageszeitung berkomentar, jajak pendapat terbaru menunjukan separuh warga Eropa sudah tidak bersemangat lagi menanggapi tema Uni Eropa. Karena itulah, menjadi kepentingan ketua komisi Uni Eropa Jose Manuel Barroso, untuk kembali mengobarkan semangat terhadap Uni Eropa. Tapi kegairahan ini bukanlah urusan Barroso. Diibaratkan sebagai bunglon yang terus berubah warna, dengan ungkapan kosong yang disusun amat bagus, ia menonjolkan lapangan kerja ramah lingkungan, perang melawan rasisme dan berkah dari pasaran Uni Eropa. Kemuakan warga akan Uni Eropa tidak menyurutkan tema pidatonya. Untuk melawan egoisme pemerintah di negara anggota, Eropa memerlukan pimpinan yang kharismatis yang dipilih secara langsung.
Terakhir harian Polandia Gazeta Wyborcza berkomentar, Eropa menderita kurangnya pimpinan yang kuat. Juga traktat Lissabon tidak dapat memecahkan permasalahannya. Komisi Uni Eropa kehilangan fungsi pimpinannya, setelah Herman van Rompuy dikukuhkan sebagi presiden Dewan Eropa. Kekuasaan Van Rompuy semakin berkembang seiring dukungan dari negara-negara anggota. Juga Parlemen Eropa berusaha meraih kekuasaan lebih banyak. Kompetisi semacam ini tidak bagus untuk Brussel. Terlalu banyak energi dibuang untuk perebutan kekuasaan. Namun Barroso juga benar, ketika ia mengatakan Uni Eropa ibaratnya harus berenang bersama, atau satu-persatu anggotanya akan tenggelam. Eropa secara perlahan dapat mengatasi krisis. Kini saat yang paling tepat untuk merancang proyek bersama Uni Eropa.
AS/DK/dpa/afpd