Emosikon: Revolusi Smiley dan Emoji
27 Januari 2014Emosikon berasal dari bahasa Inggris "emoticon". Yakni, singkatan dari "emotion" (perasaan) dan "icon" (simbol). Simbol-simbol unik digunakan di komunikasi digital. Seperti pada apps untuk chatting seperti WhatsApp, jejaring sosial seperti Facebook, atau bahkan SMS.
Berawal dari simbol sederhana "smiley face", wajah bulat yang tersenyum, kini ada 722 simbol yang berbeda dari versi emoji yang paling sering digunakan oleh smartphone. Emoji sebenarnya adalah istilah bahasa Jepang untuk karakter gambar atau emosikon yang digunakan dalam pesan elektronik Jepang dan halaman Web. Kini kata emoji penggunaannya sering disamakan dengan emosikon. Lebih dari 20 juta orang memiliki apps emoji pada iPhone mereka.
Bahasa jadi menderita?
Beberapa pakar bahasa mengkhawatirkan dampak tren simbol digital. Para pengguna emoji dianggap terlalu malas untuk berekspresi dengan kata-kata. Namun, ahli psikologi sosial Tina Ganster menganggap emoji sebagai "cara kreatif untuk mengatasi pembatasan di dunia komunikasi digital."
Ia membandingkan gambar digital dengan komunikasi non verbal di dunia nyata. Mimik wajah, bahasa tubuh dan intonasi juga tidak tersampaikan oleh teks tulisan. Pada teks online pendek, emoji sering menjadi satu-satunya kemungkinan untuk menngungkapkan perasaan.
Ahli bahasa Peter Schlobinski dari Universitas Leibniz Hannover juga berpendapat penggunaan emoji bisa merugikan bahasa. "Simbol ini kan tidak digunakan setiap saat dan dimana-mana. Tapi terbatas pada bentuk komunikasi tertentu seperti SMS atau app chatting."
"Hati merah" paling sering digunakan
Menurut situs emojitracker yang melacak semua pemakaian emoji di Twitter, simbol hati merah (241 juta kali) yang paling sering digunakan. Lalu diikuti dengan air mata bahagia (152 juta) dan "smiley" (85 juta).
"Smiley" bisa dibilang adalah penerus emosikon masa lalu ":-)" yang diciptakan tahun 1982 oleh ahli informatika AS Scott Fahlmann. Ia merasa terganggu, bahwa banyak koleganya yang salah mengartikan komentar lucunya di forum online. Jadi ia menggantikan wajah tertawa manusia dengan simbol-simbol tersebut. Hingga kini pun, emosikon ciptaan Fahlmann masih sering digunakan.
Lain negara, lain emoji
Emosikon dan emoji juga digunakan karena pemikiran "ekologis bahasa", ini menurut pakar bahasa Jerman Schlobinski. Mengapa mereka harus menyia-nyiakan pemakaian banyak huruf, jika informasi yang sama bisa disampaikan dengan satu simbol saja.
Emoji mana yang digunakan, juga tergantung dari asal-usul pengguna. "Di Asia misalnya, emoji punya bentuk tampilan yang berbeda. Mereka mementingkan ekspresi mata pada wajah", jelas Tina Ganster. Khususnya di Cina dan Jepang, emoji sangat digemari. Ini antara lain karena ada dua budaya negara ini, sistem tulisan tradisional berbasis pada gambar dan tidak berdasarkan kata yang diucapkan.
Masalah baru akan timbul, jika emoji yang digunakan memiliki arti yang berbeda pada budaya atau negara yang berbeda. Seperti misalnya, jari telunjuk yang membentuk huruf "o" dengan jempol, bagi banyak negara artinya "OK". Tapi di Brasil, ini berarti sebuah pelecehan.