Dunia Desak Israel Menahan Diri di Kerusuhan Yerusalem Timur
10 Mei 2021Kementerian Kehakiman Israel menunda persidangan yang seharusnya digelar hari ini Senin (10/05) atas kasus hukum yang dapat mengakibatkan beberapa keluarga Palestina diusir dari rumah mereka.
Pengumuman itu dibuat pada Minggu (09/05), setelah beberapa hari terjadi bentrokan di Yerusalem. Sekitar 300 warga Palestina dan beberapa pasukan keamanan Israel terluka akibat kekerasan yang dipicu oleh perselisihan atas kasus kepemilikan tanah sejak sebelum berdirinya negara Israel.
"Melihat situasi dan sehubungan dengan permintaan jaksa agung, sidang reguler besok, 10 Mei 2021, dibatalkan," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan. Sidang baru akan diatur lagi dalam 30 hari.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menuliskan di Twitter pada Minggu (09/05) malam bahwa dua roket telah ditembakkan dari Gaza ke Israel. Satu dilaporkan dicegat oleh Sistem Pertahanan Udara Iron Dome dan tidak ada korban yang dilaporkan.
Hamas, kelompok Islam yang berkuasa di Gaza, mengancam akan menyerang Israel jika kasus terhadap keluarga Palestina terus berlanjut.
Juru bicara polisi Israel Eli Levi mengatakan pada Minggu (09/05) bahwa tidak ada rencana untuk membatalkan parade tahunan Hari Yerusalem pada Senin (10/05). Parade ini biasanya dihadiri oleh kaum nasionalis garis keras Israel, yang akan melewati beberapa daerah yang paling diperebutkan di kota itu. Keputusan itu dikritik berpotensi memicu kerusuhan lebih lanjut.
Apa yang terjadi selama bentrokan di Yerusalem?
Seorang juru bicara Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa 90 orang terluka dalam bentrokan. Granat kejut dan peluru karet ditembakkan untuk membubarkan kerumunan.
Petugas medis melaporkan sekitar 300 warga Palestina terluka akibat bentrokan yang terjadi sejak Jumat (07/05).
Badan anak-anak PBB UNICEF mengatakan bahwa 29 anak Palestina terluka, termasuk seorang anak berusia satu tahun, dan delapan anak ditangkap sejak Jumat (07/05) malam.
Sementara, polisi Israel melaporkan bahwa 17 petugas terluka selama akhir pekan.
Bentrokan terjadi di luar Kota Tua Yerusalem, sebuah kota yang diklaim oleh Israel dan Palestina sebagai ibu kota mereka karena peran penting yang dimainkannya dalam agama Muslim dan Yahudi.
Polisi Israel telah menutup area Kota Tua untuk mencegah demonstran berkumpul dan menindak pengunjuk rasa, yang bisa berpotensi memperdalam kerusuhan agama terburuk di kota suci itu dalam beberapa tahun.
Kantor berita dpa melaporkan bahwa lebih dari 90.000 Muslim telah berkumpul di area Kompleks Al-Haram asy-Syarif untuk berdoa di bulan yang bermakna religius bagi umat Islam. Lokasi itu juga dikenal oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount, tempat masjid Al-Aqsa berada.
Pihak internasional menyatakan ‘kekhawatiran‘
Utusan dari empat anggota yang disebut Kuartet Timur Tengah - AS, Rusia, Uni Eropa (UE), dan PBB - menyatakan "kekhawatiran yang mendalam" atas kerusuhan baru-baru ini.
"Kami menyerukan kepada pihak berwenang Israel untuk menahan diri dan menghindari tindakan yang akan semakin meningkatkan situasi selama periode Hari Raya Muslim ini," kata pernyataan itu, sembari menegaskan bahwa "semua pemimpin memiliki tanggung jawab untuk bertindak melawan ekstremis dan berbicara menentang semua tindakan kekerasan dan hasutan."
Tunisia mengatakan bahwa Dewan Keamanan PBB akan mengadakan pertemuan tertutup pada hari Senin (10/05), menyusul permintaan untuk membahas kekerasan tersebut.
Departemen Luar Negeri AS juga meminta kedua belah pihak untuk "menghindari langkah-langkah yang memperburuk ketegangan".
Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan, yang semuanya telah menormalisasi hubungan dengan Israel pada tahun lalu, mengutuk tindakan Israel dan menyatakan dukungan untuk Palestina.
Sementara, PBB mendesak Israel untuk menahan diri. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres ingin pemerintah Israel menghentikan semua pembongkaran dan penggusuran dari lingkungan Sheikh Jarrah, kata juru bicaranya.
Paus mendesak diakhirinya kekerasan
Paus Fransiskus juga menyerukan diakhirinya bentrokan. "Kekerasan hanya akan menimbulkan kekerasan. Mari kita hentikan bentrokan ini," ujarnya.
"Saya berdoa agar ini (Yerusalem) bisa menjadi tempat pertemuan dan bukan bentrokan kekerasan, tempat doa dan kedamaian."
Yordania memperingatkan Israel pada Minggu (09/05) untuk menghentikan apa yang disebutnya sebagai serangan "barbar" terhadap jamaah di Masjid Al-Aqsa Yerusalem dan mengatakan itu akan meningkatkan tekanan internasional.
Kerajaan Arab yang memiliki hak asuh atas situs Muslim dan Kristen di Yerusalem, mengatakan Israel harus menghormati jamaah dan hukum internasional yang melindungi hak-hak Arab di kota yang disengketakan itu.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bahkan menyebut Israel sebagai "negara teroris", saat mengkritik tindakan negara itu di Yerusalem Timur.
Dia meminta PBB, Organisasi Kerja Sama Islam, dan organisasi internasional lainnya untuk mengambil tindakan.
Netanyahu membela respons pihak keamanan terhadap bentrokan
Berbicara dalam pertemuan pejabat keamanan senior, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membela respons polisi.
"Israel bertindak secara bertanggung jawab untuk memastikan penghormatan terhadap hukum dan ketertiban di Yerusalem sambil mengizinkan kebebasan beribadah," katanya.
Israel juga menangguhkan masuknya 350 pedagang Gaza pada Minggu (09/05) hingga pemberitahuan lebih lanjut, karena lonjakan kekerasan di Yerusalem.
Komisaris Polisi Yaakov Shabtai mengatakan petugas tambahan telah dikerahkan di Yerusalem pada hari Sabtu (08/05) untuk "memungkinkan kebebasan beribadah dan menjaga ketertiban dan keamanan."
"Pada saat yang sama, kami tidak akan mengizinkan kerusuhan kekerasan, pelanggaran hukum, atau melukai petugas polisi. Kami meminta semua orang untuk menenangkan perasaan dan kekerasan, terutama pada hari yang penting bagi agama Muslim," kata Shabtai dalam sebuah pernyataan.
pkp/rap (AFP, Reuters, dpa)