Desa yang Terancam Hilang
13 November 2012"Kami tidak menawarkan uang selamat datang bagi pendatang baru. Kami menawarkan udara segar dan harga lahan yang terjangkau", kata kepala desa Eisenschmitt. Sejak hampir 24 tahun, Georg Fritzsche menjadi kepala desa secara sukarela. Ia turut mengalami jumlah warga desa yang terus berkurang. Terakhir data statistik mencatat 279 orang. Hanya setengah dari jumlah penduduk di tahun 1970an.
"Baru-baru ini ada empat orang yang meninggal. Tragis", kata Fritzsche. Sambil menjadi kepala desa ia juga mengelola pemintalan sabut kelapa mekanik terakhir di Jerman. 15 pekerja menghasilkan karpet kuat yang bahkan digunakan oleh para kepala negara.
Kantor Fritzsche sekaligus berfungsi sebagai kantor kepala desa. Pintunya selalu terbuka bagi warganya. Di dinding ruangan terpajang foto Bill Clinton dan Ratu Elisabeth II di atas karpet merah "made in Eisenschmitt". Juga ada pajangan tentang sejarah Eisenschmitt.
Kisah tragis kejatuhan dan kemusnahan
Eisenschmitt kaya akan bijih besi. Arang kayu diperoleh dari hutan, sejumlah pembangkit listrik tenaga air juga ditemukan di sungai Salm. Dulu, sebelum industri memindahkan produksi ke wilayah Rhein dan Ruhr supaya lebih dekat dengan kota-kota besar, Eisenschmitt masih memiliki 1.350 penduduk.
Pertengahan abad 19, kaum pria dipaksa pindah kota mengikuti pekerjaannya. Mereka hanya pulang dua kali dalam setahun, sementara kaum perempuan melakukan pekerjaan rumah dan ladang. Penulis Clara Viebig menggambarkan kondisi tersebut dalam novelnya "Das Weiberdorf" atau "Desa Perempuan". Sebuah rumah menyandang namanya. Georg Fritzsche sering mengajak pengunjung ke sana.
Bank Sparkasse sudah bertahun-tahun tutup. Taman kanak-kanak dan sekolah hanya ada di desa tetangga. Dokter dan apotik tidak ditemukan di desa itu. Sekolah luar biasa juga ditutup karena alasan keuangan. Alasan yang sama mengapa begitu banyak lapangan kerja yang hilang. Demikian menurut Fritzsche.
Toko di desa sebagai tempat pertemuan
Pusat desa terletak di toko kecil yang buka setiap hari kerja dari jam tujuh pagi sampai setengah sepuluh malam. "Saya biasanya sudah mulai bekerja pukul enam pagi", kata Elke Engler. "Pekerja membeli roti disini dan harus pergi pagi-pagi ke tempat kerja di kota. Murid sekolah juga membeli sesuatu dalam perjalanan ke halte bus sekolah. Warga desa yang sudah tua semuanya juga bangun pagi." Elke Engler mengelola toko dengan gaji minimal 400 Euro per bulan atau sekitar 5 juta Rupiah. Penduduk desa yang hendak memesan sesuatu di tokonya, bisa meneleponnya ke rumah hingga tengah malam.
"Saya suka mendengarkan cerita orang-orang tua. Mereka punya banyak kisah menarik". Elke Engler ikut kursus senam untuk orang tua, karena tidak ada kursus sejenis untuk orang muda. Ia berada di Eisenschmitt karena jatuh cinta dengan seorang penduduknya.
Banyak ruang untuk kaum individualis
Satu dari sedikit pendatang pria adalah Ben Czich. Ia dan istrinya pindah dari kota Köln ke Eisenschmitt 25 tahun yang lalu. "Di sini seperti di perkebunan anggur di Perancis. Banyak pemandangan alam, sedikit manusia." Ia menambahkan, "Saya berpendidikan, tapi di desa ini ada nilai-nilai lain yang lebih penting", kata pria yang mengelola galeri perabotan eksotis dan lampu alabaster. "Kejujuran, bertanggung jawab. Penduduk setempat bisa diandalkan. Lagipula saya sangat menyukai udara segar."
Tetapi, selain ketenangan, Ben Czich juga mengalami perbedaan mentalitas. Seorang pengelola hotel memanfaatkan koneksinya dan menghentikan renovasi rumah yang baru dibeli Czich, karena khawatir hotelnya akan mendapat saingan. "Saya tidak yakin bisa mengatasi sekali lagi, teror semacam itu", ujar Czich, "tapi hidup punya sisi baik dan buruk."
Keluarga Rob juga mengalami pertentangan semacam itu. Peter Rob butuh bertahun-tahun hingga impiannya mewujudkan kompleks cottage untuk liburan di sana. Cottage dalam bentuk rumah kayu. Warga desa khawatir, bentuk cottage semacam itu tidak sesuai dengan alam dan lokasinya dianggap terlalu dekat dengan sebuah peternakan. Ijin membangun kerap ditolak. Proses pengadilan yang mahal menguras simpanannya.
Kini ada lima rumah kayu di dataran tinggi Eisenschmitt. Tamu-tamu yang ingin menggunakan telepon genggam harus naik ke atas bukit dulu untuk mendapat sinyal. Karena tidak ada jaringan sinyal telepon genggam di desa itu. "Kami tidak membutuhkannya", kata kepala desa Fritzsche. "Kami dikenal sebagai tempat beristirahat. Tamu ingin situasi yang tenang."