Demonstrasi Myanmar Terbesar Setelah 20 Tahun
24 September 2007Senin kemarin, ratusan ribu orang menggabungkan diri dengan ribuan biksu yang telah seminggu melancarkan demonstrasi. Arak-arakan pengunjuk rasa itu panjangnyanya hingga mencapai hampir 10 kilometer. Sebagian dari pendemo juga berhimpun di pusat keagamaan Pagoda Shwegadon. Mereka memprotes kebijakan pemerintahan Junta Militer Myanmar, yang menaikan harga bahan bakar minyak BBM, secara drastis, bulan lalu. Aksi ini bagaikan puncak akumulasi kekecewaan mereka terhadap tindakan otoriter junta militer, yang telah berlangsung sekitar dua dekade. Kepemimpinan para biksu dalam aksi protes ini, sempat membuat para jendral di Myanmar kini menghadapi dilema, untuk mengambil tindakan. Diungkapkan oleh pelarian Burma yang kini tinggal di Thailand, Wyn Minh: „Sangat sulit bagi Junta Militer Myanmar, untuk melakukan tindakan melawan para biksu dengan kekerasan. Jika mereka nekad melakukannya, tembakannnya akan berbalik ke arah mereka sendiri. Sebab hal itu dapat mengakibatkan kemarahan massa di Myanmar, sebagaimana yang terjadi di tahun 1988. “
Meski begitu, bukan tidak mungkin junta militer bertindak keras. Bukannya melunak, junta militer justru melemparkan ancaman. Junta militer mengingatkan agar para biksu tidak keluar dari aturan . Bila tidak, mereka akan mengambil tindakan.
Yang banyak menjadi kekhawatiran, ancaman itu bukan gertak sambal belaka. Sebab, dulu pada tahun 1988, militer Myanmar pun tak segan-segan menghancurkan gerakan demokrasi, lewat aksi kekerasan bersenjata. Tahun 1990, kemenangan Liga Nasional untuk Demokrasi, tidak diakui oleh Junta Militer. Hingga kini, pemimpin pro demokrasi Aung San Suu Kyi masih dipenjara dalam tahanan rumah. saat aksi demonstrasi berlangsung akhir pekan lalu, ia tampak menyambut rombongan biksu yang melewati kawasan rumah tempat ia ditahan oleh Junta Militer Myanmar, belasan tahun. Tak mampu ia menahan air matanya yang meleleh melihat kepemimpinan para biksu dalam memimpin aksi protes ini. Soe Aung, dari Dewan nasional Persatuan Burma mengungkapkan : „Orang-orang di Myanmar, semakin berani, untuk mengambil bagian dalam aksi protes, saat ini. Para biksu memiliki otoritas moral tertinggi di antara masyarakat. Dan ketika para biksu memimpin gerakan protes, orang-orang akan mengikutinya.“
Aksi protes yang memuncak, kini tak semata hanya harga bensin yang dinaikkan gila-gilaan. Masyarakat Myanmar sudah tak tahan lagi berada dibawah rezim militer. Para pemrotes mengaku tak akan berhenti berunjukrasa hingga keruntuhan junta militer.