Cina Bangun Bandara buat Burung Pengembara
Pemerintah kota Tianjin ingin menyulap lahan pembuangan sampah menjadi area peristirahatan buat 50 juta burung pengembara yang terancam punah. Bandara burung ini adalah yang pertama di dunia.
Arsitektur Alam
Arsitektur modern sering dituding mengorbankan alam liar demi estetika dan fungsionalitas. Namun Arsitek Australia, McGregor Coxall, justru membuktikan sebaliknya. Proyek terbarunya di Cina dibuat khusus untuk melayani satwa pengembara yang terancam punah.
Rute Berbahaya Burung Pengembara
Setiap tahun lebih dari 50 juta burung pengembara bermigrasi dari Antarika melalui jalur terbang Asia Timur dan Australia (EAAF). Namun rute tersebut kian terancam oleh laju urbanisasi kawasan pesisir di Cina, Indonesia, Thailand dan Russia. Saat ini 1 dari 5 satwa yang terancam punah menggunakan rute tersebut seiring populasinya yang kian menyusut.
Tempat Peristirahatan
Untuk melindungi satwa tersebut manajemen pelabuhan Tianjin mengundang desainer internasional buat membangun lahan basah untuk burung pengembara. Hasilnya adalah sebuah bandar udara transit seluas 60 hektar, dimana burung bisa beristirahat, mencari makan dan reproduksi. Energi terbarukan digunakan untuk menggerakkan sistem irigasi dengan air hujan atau yang telah didaur ulang.
Jembatan Manusia dan Satwa
Terletak di lahan bekas tempat pembuangan sampah, Kawasan Lindung Lingang bisa menampung hingga ribuan satwa sekaligus. Selain itu pemerintah juga membangun paviliun edukasi dan penelitian, serta sejumlah pos observasi untuk penduduk yang ingin mengamati perilaku burung.
Kota Busa ala Cina
Kawasan Lindung Lingang menjadi upaya serius pemerintah Cina menerapkan konsep Sponge City alias 'Kota Busa' yang bisa mengolah, menyimpan dan mengalirkan air secara alami dengan infrastruktur hijau. Konsep tersebut dicanangkan untuk menyiapkan kota-kota besar di Cina terhadap bencana banjir.
Berkah buat Tianjin
Kota Tianjin juga akan menikmati berbagai keuntungan dengan adanya infrstuktur hijau ini. Proposal yang diajukan Coxall menyaratkan ruang terbuka hijau yang luas, termasuk jalur pejalan kaki dan pesepeda, serta jalur hutan urban sepanjang 7 kilometer. Pembangunan bandar udara burung ini akan dimulai paling lambat akhir 2017 dan sudah bisa dinikmati pada 2018.