Cegah Malaria dengan Mainan Anak Sekolah
26 April 2014Seperti negara-negara Afrika lainnya, di Burkina Faso malaria bukan hanya sesuatu yang anak-anak baca dalam buku pelajaran. Penyakit ini nyata - dan mempengaruhi hidup mereka.
"Siapa yang pernah terkena malaria?" seorang guru bertanya kepada anak didiknya di sekolah Ziniare. Hampir 80 murid yang ada mengangkat tangan secara bersamaan. Hanya satu anak dalam ruang kelas itu yang belum pernah mengidap malaria.
Menurut catatan resmi dair fasilitas kesehatan, malaria adalah penyebab kematian terbesar di Burkina Faso, dan banyak diantara korban tewas adalah anak-anak. Di antara 17 juta penduduk Burkina Faso, ditemukan hampir 7 juta kasus malaria hanya tahun 2013 saja. Terutama pada musim hujan antara Agustus hingga November, malaria mewabah.
Mempelajari aturan
Pemerintah Burkina Faso menyatakan perang melawan malaria sebagai prioritas utama. Menteri Kesehatan Lene Sebgo mempunyai rencana ambisius untuk mengurangi jumlah kasus malaria hingga separuhnya dalam 5 tahun ke depan.
Mengajar anak-anak cara pencegahan dan penyembuhan malaria telah bertahun-tahun menjadi bagian kurikulum sekolah. Namun belum lama ini, pemerintah memperbarui aturan penyuluhan. Guru dulunya mengajar anak-anak 'apa yang tidak boleh dilakukan.' Sekarang mereka diberitahu 'apa yang harus dilakukan.'
Guru tidak lagi memperlihatkan gambar orang yang tidur tanpa kelambu, mereka kini menunjukkan gambar orang-orang yang tidur memakai kelambu, sesuai petunjuk kementerian kesehatan.
Juga termasuk dalam strategi, seorang pakar Perancis bagi permainan mendidik mendesain peralatan Moski, yang juga memuat sebuah permainan papan malaria.
Mewujudkan desa bebas malaria
"Satu, dua, tiga, empat," hitung seorang anak perempuan, sembari memindahkan pionnya di atas papan. Ia mencapai kotak hijau yang bergambar seorang dokter dan pasien, lalu berkata dengan lantang: "Cara yang benar: Gejala pertama malaria, pergi ke dokter."
Pada kotak hijau atau merah, mereka harus menjelaskan apa yang benar atau salah dari sebuah perilaku. Deskripsi yang salah berarti kehilangan giliran. Anak yang mencapai tujuan akhir - sebuah gambar desa yang bahagia dan bebas malaria - dialah yang menang.
Burkina Faso adalah negara kedua yang mengadopsi perangkat Moski termasuk permainan papannya, setelah Pantai Gading.
Anak mendidik orangtua
"Di rumah, anak-anak memberitahu apa yang sudah diajarkan oleh guru," kata Patrice Combary dari Program Pengawasan Malaria. "Mereka akan meyakinkan orangtua dan tetangga mereka untuk mengubah perilaku."
Program ini masih dalam tahap dini, ucap Combary, seraya menambahkan bahwa peralatan dan pelatihan guru tergolong mahal. Menurutnya Burkina Faso hanya mampu membiayai 12 sekolah per tahun untuk mengadopsi metode pengajaran dan permainan papan.
Meski begitu, tanda-tanda perubahan sudah terlihat di tengah komunitas Ziniare. Dan seperti kata Combary, perubahan dimulai dari anak-anak.
Seorang bocah dari sekolah Ziniare berkata: "Kelambu di rumah saya robek dan saya bilang ke orangtua saya kalau harus diganti - seperti sudah diajarkan di sekolah." Karena kelambu yang robek itu "cara yang salah," tuturnya sembari mengulang satu aturan emas dari permainan papan malaria. Ia mengatakan orangtuanya langsung mengganti kelambunya pada keesokan hari.
Namun tanpa vaksin, masih perlu waktu lama untuk mencapai Burkina Faso yang bebas malaria - layaknya tujuan akhir desa penuh kebahagiaan dalam permainan.