Iklim Usaha di Jerman Terus Melesu
26 November 2024Kepercayaan bisnis Jerman turun lebih dari yang diharapkan pada bulan November, menurut survei pelaku usaha yang dipublikasikan pada hari Senin (25/11).
Melemahnya iklim usaha di Jerman terjadi di tengah ketidakpastian politik menyusul ambruknya koalisi pemerintahan Kanselir Olaf Scholz, dan kemenangan Donald Trump dalam pemilihan umum Amerika Serikat.
Barometer kepercayaan dari lembaga Ifo, yang didasarkan pada survei terhadap sekitar 9.000 perusahaan di Jerman, turun 0,8 poin menjadi 85,7 poin.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Analis oleh perusahaan data keuangan FactSet sebelumnya memperkirakan penurunan yang lebih kecil, yaitu menjadi 86,0 poin.
Turunnya kepercayaan bisnis terekam ketika Jerman sedang mempersiapkan pemilihan umum baru pada bulan Februari, menyusul ambruknya koalisi Kanselir Olaf Scholz.
Pelaku usaha juga diyakini mengkhawatirkan ancaman kenaikan tarif impor ke pasar utama AS, setelah Trump kembali sebagai presiden.
Kevakuman politik dan rival di seberang Atlantik
Philipp Scheuermeyer, ekonom di bank kredit rakyat KfW, mengatakan "tidak mengherankan" bahwa iklim usaha melesu.
"Kemenangan Donald Trump kemungkinan akan menciptakan hambatan baru bagi industri ekspor Jerman yang saat ini pun sudah terpukul keras," kata dia. "Ada pula ancaman berupa periode kevakuman yang panjang hingga pemerintahan baru terbentuk, di mana politik Jerman hampir tidak akan mampu bereaksi, apalagi memberikan stimulus apa pun."
Pada bulan Oktober, posisi Jerman di Indeks Iklim Usaha Ifo naik untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir. Kenaikan itu menjadi berita baik yang langka bagi ekonomi Jerman, yang menghadapi perlambatan manufaktur dan permintaan yang lemah untuk periode yang lama.
Penurunan pada bulan November didorong oleh melemahnya animo pelaku usaha dalam iklim bisnis saat ini dan untuk beberapa bulan ke depan.
Sektor manufaktur lebih pesimis tentang bulan-bulan mendatang, meski melihat situasi bisnis yang dihadapi saat ini sedikit lebih baik. Minat bisnis dan investasi di sektor jasa dan industri konstruksi sebaliknya memburuk secara signifikan, menurut survei tersebut.
Di bidang perdagangan, indeks naik, meskipun presiden Ifo Clemens Fuest menekankan bahwa "sentimen di antara perusahaan masih jauh dari positif". Jerman adalah satu-satunya ekonomi maju di dunia yang menyusut pada tahun 2023 dan akan mengalami kontraksi lagi tahun ini. Data dari pekan lalu menunjukkan ekonomi Jerman hanya tumbuh 0,1 persen pada kuartal ketiga, nyaris terhindar dari resesi.
Penurunan di sektor manufakur
Penurunan kapasitas produksi di industri manufaktur Jerman diperkirakan akan bersifat signifikan tahun ini, kata Federasi Industri Jerman, BDI. Asosiasi produsen itu menaksir angka penurunan pada kisaran 3 persen, melanjutkan tren negatif di tahun ketiga berturut-turut.
"Pada tahun 2025, pemulihan belum akan terlihat," kata Direktur Eksekutif BDI Tanja Gönner, seraya menambahkan bahwa sektor-sektor terbesar di Jerman sedang mengurangi kapasitas produksi.
Menurut Laporan Industri BDI 2024, industri otomotif mencatat penurunan produksi sebesar 6,9 persen pada bulan September, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Produsen teknik mesin turun sebesar 8,5 persen; dan industri listrik sebesar 10,7 persen. "Resesi industri juga berlanjut di Uni Eropa," kata laporan itu.
"Jerman, tetapi juga Uni Eropa, kehilangan daya tarik sebagai lokasi bisnis." Asosiasi tersebut memperkirakan penurunan ekspor sebesar 0,5 persen tahun ini, meskipun perdagangan global diperkirakan meningkat sebesar 2 persen.
Volume impor Jerman kemungkinan akan merangkak lemah, sementara perkiraan ekspor untuk tahun 2025 juga menurun.
BDI kembali menyerukan politik untuk lebih aktif merangsang pertumbuhan dan meningkatkan daya tarik Jerman sebagai lokasi usaha: "Kami sangat membutuhkan sebuah pemerintahan baru yang mampu bertindak dan yang melaksanakan reformasi yang diperlukan dengan tekad dan keberanian."
rzn/yf (AFP, Reuters)