Bersepeda ke Rheinauenweg
19 Oktober 2013Dari rute sepanjang 130 Km, saya melakukan perjalanan sehari dan menempuh jarak 60 kilometer. Dari Maximiliansau saya ingin bersepeda menyeberangi perbatasan ke Elsass Perancis. Dan pulangnnya, saya ingin bersepada di sepanjang sungai Rhein di Baden-Württemberg sampai Pfalz..
Di “Pamina Rheinpark“
Rheinauenweg adalah bagian dari "Pamina Rhine parks", proyek wisata lintas batas milik Uni Eropa yang terletak di Oberrhein. Nama “Pamina“ berasal dari gabungan tiga daerah yaitu Palatinat di Rheinland-Pfalz, Mittlerer Oberrhein di Baden-Württemberg dan Nord Alsace di Elsass. Di sini alam dan sejarah mendapat perhatian besar. Papan-papan di sepanjang Rheinauenweg serta musium-musium di desa-desa di Pamina - semuanya memberikan informasi soal alam dan sejarah.
Pertama-tama saya berhenti di Neuburg. Di sini ada musium bahari yang sayangnnya sedang tutup. Di dekat perbatasan perancis saya bertemu Helga dan Dietmar, pasangan suami istri dari Freiburg. Mereka tampak benar-benar sedang bepergian. Sepeda mereka penuh barang bawaan. „Kami sedang melakukan perjalanan di sepanjang perbatasan Jerman“ cerita mereka „ Saya sedang cuti 14 hari, yah kita lihat saja, saya bisa sampai mana“ kata mereka .
Jalan Putar ke Silberweiden
“Saya sudah tak sabar ingin sampai ke Denmark“ kata Helga saat berpisah. Dan saya sudah tak sabar ingin sampai ke Perancis, pikir saya. Karena sedang diperbaiki, jalan langsung menuju kesana- di sepanjang sungai Rhein- ditutup. Jalur dialihkan. Saya hampir tak sadar telah menyeberangi perbatasan. Di siang hari yang terik, Lauterbourg seperti sebuah desa mati saja. Saat itu termometer di sebuah kantor bekas pabean menunjukkan angka 30 derajat.
Pengalihan jalur membuat saya tersesat dan harus mengambil jalan putar. Untunglah, setelah melakukan tamasya terpaksa di daerah perindustrian, saya bisa melihat lagi sungai. Di dekat Munchhausen terdapat sebuah jalan menuju cagar alam.Yang jadi begitu mudah diingat karena disana terdapat banyak pohon silberweiden. Daun-daun pohon itu kecil dan berbulu dibagian bawah. Daun-daun itu bercahaya laksana logam mulia terkena sinar matahari dan angin.
Judi sampai ramalan bintang
Jam dua kurang sedikit saya sampai di Seltz. Sayang, di sini masih jam tidur siang, mungkin karena ini hari senin jadi tak ada orang yang lalu lalang. Restoran-restoran kecil di sini-semuanya sedang tutup. Saya pun pergi ke Brasserie, semacam Cafe yang ada di perancis. Di sini, saya memesan kopi dan air.
Selesai minum saya bertemu Alfons di luar. Saya bercakap-cakap dengannya. Alfons berasal dari Jerman. Secara teratur, ia datang dari Plittersdorf dengan bersepeda kemari. Entah untuk berbelanja - entah karena pacuan kuda atau karena ingin bertemu orang perancis yang ramah dan senang ngobrol. Sekarang Alfons sedang berjudi pacuan kuda.
Kalau saya kembali ke sini lagi, Ia menyuruh saya untuk mampir ke rumahnya di dekat Rhein. Sebelum berpisah, ia berpesan, saya harus memperhatikan ramalan bintang soal hubungan saya dan orang lain. Ia telah belajar ramalan bintang dan ingin sekali mengajarkannya pada orang lain.
Melawan Angin
Dari Seltz saya naik feri bersama rombongan pengendara sepeda menuju Plittersdorf. Rombongan itu hendak pulang. Mereka menyarankan saya untuk mencoba Es krim di Plittersdorf. Benar, rasanya enak.
Waktunya pulang. Lagi-lagi saya tersesat. Meski begitu saya bisa menemukan kembali Rheinauenweg. Saya harus mengayuh sepeda cepat-cepat. Sebab sepeda sewa ini harus dikembalikan jam 6 sore. Sepanjang jalan tak ada orang yang bisa ditanya. Untunglah tidak seperti yang saya kira- saya bisa lebih cepat sampai ke Neuburgweiher.
Kesan tearkhir saya adalah- alam, orang-orang dan sungai di Oberrhein- hal itulah yang membuat Rheinauenweg indah.