Spiritualis Yang Kritis
5 Oktober 2015Diskusi sastra kontemporer Indonesia pasti mencuatkan nama Ayu Utami. Novel-novelnya dinilai fenomenal, bukan hanya karena ia medobrak tabu mengenai seksualitas. Sejak novel pertamanya Saman mendapat penghargaan Dewan Kesenian Jakarta pada 1998 dan Prince Clause Award pada 2000, namanya sebagai novelis langsung melejit. Saman sudah diterjemahkan ke dalam 8 bahasa, termasuk Inggris, Jerman dan Belanda.
Ayu yang dilahirkan dalam keluarga Katolik menyebutkan ia merasa diberkahi sejak awal meniti karirnya. Dalam novel-novelnya Ayu sdecara konsisten selalu mengambil posisi kritis terhadap agama.
Dalam novelnya Larung (2001) dan Bilangan Fu (2008), Ayu tetap mempertanyakan masalah agama ini. "Pertanyaan mengenai agama makin sering dilontarkan dan semakin terbuka. Ini bukan gara-gara novel Saman, melainkan akibat kemajuan teknologi informasi", kata dia. Ayu menyebut keberaniannya mempertanyakan agaman dan tradisi agama sebagai spritiualisme kritis.