1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Antisipasi Indonesia terhadap Ancaman Resesi

Zaki Amrullah 22 Januari 2008

Gonjang-ganjing bursa saham dunia membuat Indonesia ikut ketar-ketir. Para menteri ekonomi menggelar rapat khusus untuk merumuskan langkah antisipasi terhadap dampak terburuk yang mungkin muncul.

https://p.dw.com/p/Cw5M
Foto: Bilderbox

Pemerintah Indonesia menyiapkan berbagai langkah antisipasi untuk menghadapi ancaman resesi global akibat jatuhnya harga saham dunia.

Langkah yang menjadi prioritas utama adalah mengamankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2008 serta menjaga kestabilan harga bahan bahan pokok untuk meredam dampak resesi. Disebutkan Menteri Koordinator Perekonomian Boediono usai rapat jajaran Menteri bidang ekonomi:

"Ada sembilan langkah, tetapi intinya adalah APBN harus aman itu prioritas pertama dengan langkah langkah dibidang penerimaan, pengeluaran maupun pembiayaanya. Yang kedua adalah mengenai pangan dan kebutuhan bahan pokok, kestabilan harga bahan bahan pokok yang dikonsumsi masyaralat harus kita amanakan dengan berbagai cara termasuk dengan beberapa kemungkinan untuk menghilangkan beban beban perpajakan, bea masuk tata niaga yang menghambat ini semua harus dihilangkan."

Dikatakan Budiono, pemerintah juga akan berkoordinasi dengan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas fiskal dan moneter yang muncul akibat ketidakpasian perekonomian dunia belakangan ini. Pemerintah, kata Budiono lebih jauh, akan melakukan segala cara untuk menekan inflasi. Namun katanya Indonesia akan terhindar dari dampak terburuk resesi ekonomi Amerika, karena momentum perekonomian domestik yang telah tercapai selama ini, masih berjalan baik.

"Saya kira kita agak yakin bahwa apapun yang terjadi diluar, momentum internal ekonomi kita itu sudah terbentuk. Infrastruktur programnya sudah berjalan, tahun 2008 - 2009 ini, realisasinya di lapangan akan mencapai puncaknya dibidang jalan, listrik perumahan dan lain lain. Momentum kedua, adalah struktur dari ekspor kita yang nampaknya kita masih beruntung karena mempunyai komoditi komoditi ekspor yang harganya masih bagus, komoditi pertanian, pertambangan dan energi."

Anjloknya bursa dunia terjadi akibat kelesuan ekonomi Amerika Serikat. Negeri adi daya itu merupakan negara ekonomi terbesar dunia yang menguasai setengah perdagangan dunia. Amerika juga menjadi salah satu pasar ekspor terbesar indonesia. Tak heran kalau banyak yang mencemaskan Indonesia akan terkemna dampak besar jika negeri Paman Sam itu betul-betul terkena resesi.

Namun menurut Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu, pemerintah telah mengantisipasinya dengan meluaskan ekspor ke negara negara di luar Amerika

"Kalau untuk ekspor sebetulnya pengaruh dari penurunan pertumbuhan Amerika sudah kita rasakan tahun lalu. Pertumbuhan ekspor kita ke Amerika tahun lalu cuma 5 persen biasanya rata rata 10 persen.jadi memang dampaknya sudah kita rasakan tahun lalu. Sehingga strateginya adalah mencari dan meningkatkan promosi ke pasar baru, jadi diversifikasi pasar terutama ke Asia. Intnya pertumbuhan di Asia ini masih relatif toinggi RRT, India ataupun Kores dan Negara lain jadi eksportir sendiri pun melakukan pengalihan atau diversifikasi."

Pengamat Ekonomi dari CSIS, Pande Radja Silalahi memuji langkah antisipasi pemerintah. Namun Ia mengigatkan agar tidak bereaksi secara berlebihan.

"Yang saya khawatir justru terlalu over reaktif dan hilangnya optimisme dari para pelaku usaha itu yang lebih berbahaya. Kalaulah sudah ada perkiraan ekononomi indonesia akan tumbuh misalkan sekitar diatas 6 persen itu anjlok, sehingga merusak rencana bisnis semua dan beralih ke rencana yang pesimis artinya pembelian bahan baku dan ini yang menyebabkan semua jadi berputar ke arah yang negative itu yang saya khawatirkan. Jadi dilihatlah secara proporsional, kita lihat dalam satu dua hari ini, apakah ini punya dasar yang kuat dan kita lihat sejauh mana kedalamannya."