Amazon Di Bawah Tekanan
22 Februari 2013Hessischer Rundfunk, salah satu anak stasiun televisi Jerman ARD meriset pekerja temporer pada perusahaan perdagangan online terbesar di dunia asal AS, Amazon di Jerman, atau "amazon.de". Para pekerja dicari secara terarah di negara-negara Eropa yang memiliki tingkat pengangguran tinggi. Kontrak kerja baru diperoleh saat mereka tiba. Berbeda dengan janji mula-mula, mereka tidak langsung bekerja pada Amazon.de, melainkan pada perusahaan penyalur kerja, yang berarti dengan upah lebih rendah dari yang dijanjikan.
Pekerja temporer ini menempuh beberapa jam perjalanan dari tempat menginap sampai tempat kerja dan tinggal berenam atau bertujuh dalam ruang kecil. Mereka bekerja 15 hari tanpa selang hari libur dan terus-menerus berada di bawah pengawasan petugas keamanan. Bila para pekerja tidak ada, para petugas keamanan ini juga memasuki ruang tidur mereka. Pekerja-pekerja asing yang banyak berasal dari negara-negara yang dilanda krisis ekonomi seperti Spanyol, Polandia dan Yunani pada "amazon.de" dipandang sebagai pekerja kelas dua.
Konsumen Marah
Film reportase itu cepat menarik perhatian besar. Konsumen bereaksi marah mengenai kondisi kerja pada "amazon.de" yang dilaporkan dalam reportase tersebut. Di jejaring sosial antara lain diserukan untuk memboikot pedagang online tersebut.
Tapi bagi Tapio Liller, pakar untuk Public Relation di Social Web, bentuk kemarahan di internet semacam ini cenderung bersifat emosional. “Banyak orang yang mengeluarkan pendapat di sana, adalah pelanggan Amazon.” Liller yakin, beberapa dari mereka ikut merasa bersalah, merasa seolah berkomplot dengan perusahaan tersebut.
Dalam kasus "amazon.de", Menteri Tenaga Kerja Jerman Ursula von der Leyen tidak tinggal diam. Ia mengancam perusahaan penyalur tenaga temporer yang bekerja sama dengan amazon dengan penarikan lisensi. Sementara badan tenaga kerja Jerman melihat adanya pelanggaran peraturan kerja.
Sang Pedagang Online Ambil Konsekuensi
"Amazon.de" telah menyatakan akan mengkaji tuduhan-tuduhan itu. Konsekuensi pertama, sudah dilakukan pekan ini. Amazon membatalkan perjanjian kerja dengan badan keamanan (security) yang dipersengketakan. "Sebagai perusahaan yang bertanggung jawab atas sekitar 8.000 pekerja tetap di bidang logistik, "amazon.de" nol toleransi untuk diskriminasi dan sikap menakut-nakuti. Dan kami mengharap hal yang sama terutama dari perusahaan yang bekerja sama dengan kami,“ demikian keterangan perusahaan itu.