650 Tewas Korban Badai Tropis di Filipina
17 Desember 2011Badai tropis Washi yang melanda Pulau Mindanao menyebabkan hujan lebat lebih dari 12 jam. Badai tropis itu menyebabkan air sungai meluap ke daratan dan mengalir dengan deras melewati dua kota di selatan Filipina. Banyak penduduk yang sedang tidur, tidak memiliki kesempatan menyelamatkan diri.
Di kota Cagayan de Oro saja, menurut keterangan Palang Merah terdapat 215 orang tewas. Sementara di kota di dekatnya Iligan, dilaporkan sedikitnya 144 orang tewas. Jumlah korban tewas hingga berita ini diturunkan, mencapai 650 orang.
Banjir bandang dan tanah longsor merusak seluruh infra struktur jalan. Sabtu (17/12) siang kawasan di sekitar sungai masih digenangi air. Banyak orang masih dinyatakan hilang. Penduduk di kota Cagayan de Oro yang selamat mengatakan: "Kami menyelamatkan diri ke atap rumah kami. Kami hanya melihat kilatan-kilatan petir, ketika kami lewat lobang naik ke atas.“
Meskipun sebelumnya sudah ada peringatan cuaca buruk, tidak ada yang memperhitungkan terjangan air yang demikian hebat. Karena berbeda dengan kawasan utara Filipina, kawasan Mindanao di selatan, bukanlah jalur yang biasa dilewati badai tropis.
Pemerintah Kerahkan 20 Ribu Tentara
Penduduk dengan bergegas berusaha menyelamatkan diri, dengan membawa anak-anak atau keluarganya ke tempat penampungan darurat. Presiden Benigno Aquino memerintahkan dibangun 10 penampungan darurat. Untuk membantu para korban, pemerintah Filipina mengirim sekitar 20 ribu tentara, yang juga bertugas menemukan korban yang hilang.
“Angkatan laut kami dan pengawas pantai masih menyisir kawasan, terutama tempat di mana air sungai mengalir ke laut. Sampai saat ini kami dapat menyelamatkan 18 orang." Demikian dikatakan Roland Amarille, komandan brigade militer Filipina Sabtu (17/12) siang.
Lawrence Cruz, walikota Iligan yang berpenduduk 100 ribu jiwa menyebut bencana banjir itu bencana terburuk dalam sejarah kotanya. Menurut keterangan organisasi bantuan lebih dari 22 ribu keluarga kehilangan tempat tinggal akibat bencana tersebut. Sementara ini air di berbagai tempat sudah menyurut. Meski demikian ribuan orang kehilangan segalanya dan harus membangun kembali kehidupannya dari awal.
DPA/DW/AFP/ Kostermans
Editor: Purwaningsih