1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
TerorismeIndonesia

3 dari 5 WNI Fasilitator Keuangan ISIS Diduga Ada di Suriah

11 Mei 2022

Kantor Pengawasan Aset Asing (OFAC) Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) melaporkan bahwa ada 5 fasilitator keuangan ISIS yang berasal dari Indonesia. Polri menduga kuat tiga dari lima WNI tersebut berada di Suriah.

https://p.dw.com/p/4B72X
ISIS
Foto bendera dan tas para pejuang kelompok Islamic State yang ditangkap oleh Pasukan Demokratik Suriah pimpinan Kurdi, pada 21 Januari 2022Foto: SDF/AP photo/picture alliance

Kantor Pengawasan Aset Asing (OFAC) Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) melaporkan bahwa ada 5 fasilitator keuangan ISIS yang berasal dari Indonesia. Polri menduga kuat tiga dari lima WNI tersebut berada di Suriah.

"Dua perempuan Dwi Dahlia Susanti dan Dini Ramadani diyakini kuat saat ini berada di Suriah, diketahui dari dokumen perjalanan. Satu lagi Muhammad Dandi Adiguna, berdasarkan keterangan ayahnya sudah di luar negeri mungkin juga di Suriah," kata Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo saat dikonfirmasi, Rabu (11/05).

Dedi mengatakan dua lainnya, yakni Ari Kardian dan Rudi Heriadi, pernah disanksi hukum di Indonesia. Ari disanksi karena pernah memfasilitasi pengiriman orang ke Suriah. Sedangkan Rudi divonis 3,5 tahun karena deportan dari Suriah.

"Yang diproses hukum di Indonesia oleh Densus 88. Ari Kardian sudah bebas kasusnya memfasilitasi pengiriman orang ke Suriah. Ari dua kali diproses hukum hukuman pertama dan kedua, 3 tahun," jelas Dedi.

"Rudi Heriadi tahun 2019 vonis 3 tahun 6 bulan baru bebas, karena deportan dari Suriah," tambahnya. 

5 WNI jadi fasilitator keuangan ISIS

Sebelumnya, OFAC Departemen Keuangan AS mengumumkan 5 nama fasilitator keuangan ISIS yang beroperasi di seluruh Indonesia, Suriah, dan Turki. Lima fasilitator keuangan ISIS itu disebut memainkan peran kunci dalam memfasilitasi perjalanan ekstremis ke Suriah dan daerah lain tempat ISIS beroperasi.

Nama 5 WNI dan peranan fasilitator ISIS tersebut tertera dalam situs resmi Departemen Keuangan AS seperti dilihat detikcom, Selasa (10/05). AS menyatakan jaringan kelima orang itu juga telah melakukan transfer keuangan untuk mendukung upaya ISIS di kamp-kamp pengungsi yang berbasis di Suriah dengan mengumpulkan dana di Indonesia dan Turki.

Tak hanya untuk mendukung kamp pengungsi, sebagian uang juga digunakan untuk penyelundupan anak-anak keluar dari kamp dan mengirimkannya ke pejuang asing ISIS sebagai calon rekrutan.

Pengumuman dan pemberian sanksi ini bertepatan dengan pertemuan ke-16 Counter ISIS Finance Group (CIFG) Global Coalition to Defeat ISIS. Amerika Serikat, Italia, dan Arab Saudi ikut memimpin CIFG--yang terdiri atas hampir 70 negara dan organisasi internasional--dan mengoordinasikan upaya melawan jaringan dukungan keuangan ISIS di seluruh dunia.

"Hari ini, Departemen Keuangan telah mengambil tindakan untuk mengekspos dan mengganggu jaringan fasilitasi internasional yang telah mendukung perekrutan ISIS, termasuk perekrutan anak-anak yang rentan di Suriah," kata Wakil Menteri Keuangan untuk Terorisme dan Intelijen Keuangan Brian E Nelson.

"Amerika Serikat, sebagai bagian dari Koalisi Global untuk Mengalahkan ISIS, berkomitmen untuk menyangkal kemampuan ISIS untuk mengumpulkan dan memindahkan dana ke berbagai yurisdiksi," sambungnya.

Penghuni kamp pengungsi di Suriah termasuk mereka yang telah dipindahkan oleh ISIS, seperti anggota ISIS, pendukung, dan keluarga mereka. Para simpatisan ISIS di lebih dari 40 negara disebut telah mengirimkan uang kepada individu-individu yang terkait dengan ISIS di kamp-kamp ini untuk mendukung kebangkitan ISIS di masa depan. (pkp/ha)

 

Baca selengkapnya di: detiknews

Polri: 3 dari 5 WNI Fasilitator Keuangan ISIS Diduga Berada di Suriah