10 Fakta Pahit Tentang Gula
Gula ternyata banyak memicu masalah kesehatan. Diabetes, obesitas dan Alzheimer adalah beberapa penyakit yang dipicu konsumsi gula berlebihan. Tapi konsumsi gula perkapita terus naik di seluruh dunia.
Memicu Diabetes
Gula diubah jadi lemak dua hingga lima kali lebih cepat dibanding karbohidrat. Kandungan fruktosa dari gula juga dimetabolisme dalam hati menjadi lemak hati yang bisa memicu resistensi insulin. Akibatnya: muncul Diabetes tipe 2 yang diidap seumur hidup.
Meningkatkan Risiko Alzheimer
Konsumsi tinggi gula meningkatkan risiko penyakit Alzheimer. Hasil riset 2013 menunjukkan, resistensi insulin dan tingginya kadar darah yang memicu diabetes, terbukti juga meningkatkan risiko degeneratif sistem saraf yang berkait erat dengan Alzheimer.
Merusak Flora Usus
Flora usus yang sehat membantu pencernaan dan melindungi organ pencernaan dari bakteri perusak. Makin banyak gula di dalam usus, membantu bakteri penyebab penyakit, jamur dan parasit berkembang biak cepat. Dampaknya: perut kembung, sembelit hingga buang air terus-menerus.
Risiko Kanker Naik
Sel tumor perlu banyak gula untuk berkembangbiak. Professor Lewis Cantley dari Harvard Medical School meneliti peran gula dan munculnya kanker. Ahli biokimia ini berasumsi konsumsi, tinggi gula mendorong munculnya kanker. Saran Cantley: sedapat mungkin kurangi konsumsi gula.
Mempercepat Penuaan
Glykation adalah penggulaan jaringan kulit. Dampaknya: molekul gula menempel pada serat kolagen yang memicu pengapuran jaringan. Elastisitas kulit menurun drastis, unsur beracun sulit dibuang lewat kulit dan sel menua dengan cepat. Dengan kulit kering dan mengerut, kita kelihatan lebih tua dari umur sebenarnya.
Membuat Kecanduan
Otak pengidap obesitas bereaksi terhadap gula mirip seperti pada pecandu alkohol. Untuk mengetes apakah Anda tidak kecanduan gula, jangan konsumsi minuman ringan bergula tinggi dan makanan manis-manis. Jika setelah puasa makanan dan minuman manis dua hari Anda sakit kepala, jantung berdebar dan merasa perlu makan yang manis-manis, artinya Anda kecanduan gula.
Mempengaruhi Emosi
Gula dalam jumlah sedikit memicu serotonin unsur yang membuat perasaan gembira. Tapi jika terlalu banyak, gula justru memicu perubahan mendadak pada nilai gula dalam darah, yang bisa menyebabkan mudah tersinggung dan emosi tak stabil. Juga bisa muncul depresi dan rasa takut tak beralasan.
Membuat Agresif
Terlalu banyak konsumsi gula membuat agresif. Pada anak-anak pengidap sindrom hiperaktivitas dan kesulitan konsentrasi (ADHD), asupan gula kadar tinggi makin membuat mereka tak mampu berkonsentrasi, tidak bisa diam dan cenderung agresif.
Melemahkan Kekebalan Tubuh
Kadar gula terlalu tinggi, membuat sistem kekebalan tubuh kesulitan memerangi bibit penyakit. Sesaat setelah konsumsi gula, efektifitasnya turun hingga 40 persen. Gula juga memusnahkan khasiat Vitamin C yang dibutuhkan sel darah putih untuk memerangi bibit penyakit. Gula juga cenderung memicu munculnya peradangan dalam tubuh.
Menurunkan Kinerja Memori
Riset di RS Charité di Berlin menunjukkan, tingginya kadar gula darah sebabkan mengecilnya Hipocampus, yakni bagian otak yang penting bagi memori jangka panjang. Dalam ujicoba, orang yang kadar gula darahnya normal menunjukkan prestasi mengingat jauh lebih baik dibanding yang kadar gula darahnya tinggi.